Tarif 19 Persen dari AS Jadi Angin Segar bagi Industri Padat Karya Indonesia

Presiden Prabowo Subianto saat negosiasi dengan AS. Foto: Kemenko Ekon.

Tarif 19 Persen dari AS Jadi Angin Segar bagi Industri Padat Karya Indonesia

Ade Hapsari Lestarini • 21 July 2025 13:40

Jakarta: Penurunan tarif ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dari 32 persen menjadi 19 persen menjadi kabar baik bagi industri padat karya nasional, khususnya sektor garmen dan alas kaki. Kesepakatan ini merupakan hasil negosiasi intensif yang dipimpin langsung Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden AS Donald Trump.

Melansir laman Kemenko Perekonomian, Senin, 21 Juli 2025, tarif baru sebesar 19 persen menjadikan produk Indonesia lebih kompetitif di pasar global, karena lebih rendah dibanding negara pesaing seperti Vietnam yang menerapkan tarif 20 persen dan Bangladesh 35 persen.

AS merupakan tujuan ekspor terbesar kedua Indonesia setelah Tiongkok, dengan nilai perdagangan mencapai miliaran dolar per tahun. Penurunan tarif ini diharapkan menciptakan lapangan kerja baru dan mencegah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sektor padat karya.

Proses negosiasi dimulai dari kunjungan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto ke AS pada April 2025, yang kemudian dilanjutkan dengan komunikasi langsung antara Presiden Prabowo dan Presiden Trump pasca-surat resmi dari pemerintah AS tertanggal 7 Juli 2025. Indonesia menjadi negara pertama yang berhasil mencapai kesepakatan tarif baru dengan AS.


Ilustrasi industri padat karya. Foto: MI/Liliek Dharmawan.
 

Baca juga: Industri Padat Karya Jadi Penentu Ekonomi RI Bisa Tumbuh 8%
 

Kemenangan bagi industri padat karya Indonesia


Keberhasilan dalam negosiasi tarif dengan AS ini dinilai sebagai kemenangan bagi industri padat karya Indonesia karena tarif yang lebih rendah menjadikan produk nasional lebih bersaing di pasar AS. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melindungi tenaga kerja serta memperluas pasar ekspor demi mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejumlah sektor yang diperkirakan akan mendapatkan manfaat langsung dari kesepakatan ini antara lain garmen dan alas kaki, yang selama ini menjadi kontributor utama ekspor nonmigas ke AS.

Selain itu, komoditas minyak sawit juga diprediksi akan lebih mudah masuk ke pasar AS. Di sisi lain, tarif rendah ini membuka peluang relokasi industri ke Indonesia, sehingga turut mendorong masuknya investasi.

Langkah lanjutan yang akan dilakukan pemerintah adalah memperluas akses pasar melalui negosiasi dagang bilateral dan multilateral, serta melakukan deregulasi industri dan memperkuat rantai pasok dalam negeri untuk meningkatkan daya saing nasional.

Kesepakatan tarif ini menunjukkan keberhasilan diplomasi ekonomi Indonesia di tengah persaingan global. Namun, tantangan selanjutnya adalah memastikan industri dalam negeri siap memenuhi permintaan pasar AS dengan kualitas dan ketepatan waktu. (Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)