Washington: Militer Amerika Serikat (AS) mengaku menyerang lebih dari 800 target kelompok Houthi di Yaman sejak 15 Maret 2025, menewaskan sedikitnya 100 milisi termasuk sejumlah pimpinan kelompok tersebut.
Operasi Bernama “Rough Rider” ini bertujuan menghentikan ancaman Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden, sekaligus memperkuat pencegahan AS di kawasan.
Dalam pernyataan resmi pada Minggu kemarin, Komando Pusat AS (CENTCOM) menyebut serangan telah menghancurkan fasilitas komando, sistem pertahanan udara, serta lokasi produksi dan penyimpanan senjata. “Serangan kami telah mengurangi efektivitas Houthi.
Peluncuran rudal turun 69 persen dan serangan drone turun 55 persen,” klaim CENTCOM, dikutip dari Digital Journal, Minggu, 27 April 2025, sambil menuduh Iran terus mendukung kelompok tersebut.
Eskalasi konflik dan dampak global
Meski gempuran AS, Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman tetap melancarkan serangan ke kapal-kapal komersial. TV Al-Masirah milik Houthi melaporkan serangan AS di Sanaa menewaskan 8 warga sipil dan melukai belasan lainnya. Rekaman yang beredar menunjukkan reruntuhan bangunan serta korban jiwa.
Konflik ini telah mengganggu jalur pelayaran vital Terusan Suez, yang biasanya dilalui 12 persen perdagangan global. Banyak perusahaan memilih rute memutar melalui Afrika Selatan, meningkatkan biaya logistik. Houthi mengklaim serangan mereka sebagai bentuk solidaritas mereka dengan warga Palestina di Gaza.
Tantangan politik pemerintahan Trump
Operasi militer AS menghadapi kritik internal setelah terungkapnya penggunaan aplikasi Signal oleh pejabat tinggi, termasuk Menteri Pertahanan Pete Hegseth, untuk mendiskusikan serangan 15 Maret.
Kebocoran informasi ke pihak luar memicu kontroversi, meski Presiden Donald Trump bersikukuh akan terus menekan Houthi hingga ancaman terhadap pelayaran berakhir.
Dengan korban sipil yang terus bertambah dan eskalasi yang belum menunjukkan tanda mereda, konflik Yaman semakin memperumit stabilitas kawasan Timur Tengah.
AS menyatakan akan terus meningkatkan tekanan militer, sementara Houthi bersikeras tidak akan menghentikan serangan tanpa gencatan senjata di Gaza. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
Houthi Sebut Serangan AS di Pelabuhan Minyak Yaman Tewaskan 58 Orang