Berkat Serial Walid, Kasus Kekerasan Seksual Pimpinan Ponpes di Lombok Buka Terkuak

Polresta Mataram, Nusa Tenggara Barat. Metro TV

Berkat Serial Walid, Kasus Kekerasan Seksual Pimpinan Ponpes di Lombok Buka Terkuak

Whisnu Mardiansyah • 23 April 2025 12:17

Mataram: Santriwati korban kekerasan dan pelecehan seksual terhadap santriwati oleh pimpinan pondok pesantren di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dilaporkan ke Polresta Mataram. Kasus ini mendapat atensi khusus dari politikus Partai NasDem Cucu Purnamasari Z S.psi yang turut mendampingi para korban.

Cucu mengatakan tujuh korban sudah melapor. Ia bersama kuasa hukum korban Teguh Gunawan SH serta koordinasi dengan Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Joko Jumadi berkomitmen menguak kasus ini sampai tuntas. Dibantu masukan-masukan hukum dari dosen Fakultas Hukum Universitas Mataram Prof Widodo Dwi Putro.

Cucu tak gentar mengungkap kasus ini meski melibatkan orang terpandang. Ia tak sendirian, bersama orang tua, Ibu Sriatun dan Pak Bayan, salah satu keluarga korban, H Muliawan dan tokoh masyarakat H Khaerudin melaporkan kasus besar ini ke Polresta Mataram, Nusa Tenggara Barat.

“Kasus terkuak sebagai dampak nonton Film Bidaah Walid produksi Malaysia yang viral. Para korban menyadari bahwa mereka diakali oleh pelaku yang modus penipuannya mirip sekali dengan tokoh Walid di film tersebut,” kata Cucu dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 23 April 2025.

Cucu melanjutkan beberapa korban saling menelepon menyatakan diri mereka juga sebagai korban. Prihatin dan miris dengan kasus ini, Cucu melakukan penguatan dan menemani para korban melapor ke polisi. Ia melajutkan pelaku itu diketahui bernama Ahmad Faisal pimpinan Ponpes Nabi Nubu, Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Diketahui, aksi kekerasan seksualnya terhadap santriwatinya terjadi sejak 2016-2023. 
 

Baca: Anggota DPRD Asahan Ditangkap dalam Penggerebekan Arena Sabung Ayam

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram mencatat sedikitnya 20 nama santri yang diduga menjadi korban. Dari jumlah tersebut, baru enam orang yang membuat laporan. Dari hasil investigasi awal, pelaku diduga menggunakan dalih spiritual untuk memanipulasi dan melecehkan para santri. Modusnya memberikan keberkatan di rahim korban dengan dalih supaya anak-anak yang mereka lahirkan kelak akan menjadi wali. 

Dari 20 korban yang teridentifikasi, sekitar 10 orang santri diduga disetubuhi pelaku. Sementara sisanya mengalami tindakan pencabulan seperti diraba dan manipulasi psikologis. Investigasi mendalam masih terus dilakukan mengingat kejadian ini diduga sudah berlangsung sejak tahun 2016-2023.

“Pelecehan kerap dilakukan di ruang kelas sekolah yang berada di lingkungan pondok pesantren. AF diduga memanggil korban satu per satu untuk masuk ke ruang tersebut pada malam hari, tepatnya antara  saat santri lainnya sedang beristirahat,” kata Ketua LPA Kota Mataram Joko Jumadi.

Jumadi melanjutkan kasus ini mulai terkuak berkat keberanian para korban yang terinspirasi dari film asal Malaysia Bidaah dengan peran Walid. Film tersebut mengangkat isu kekerasan seksual terhadap anak-anak di lingkungan pendidikan agama. Film ini memiliki alur yang serupa dengan pengalaman pribadi yang dialami para korban selama berada di pondok pesantren. Film itu menjadi titik balik bagi para korban untuk mengungkap pengalaman kelam mereka. Sebagian besar korban ini merupakan alumni pondok pesantren tersebut.

Kasat Reskrim Polresta Mataram AKP Regi Halili membenarkan terkait laporan dugaan kasus tersebut. Polisi masih mengumpulakan laporan tesebut yang akan terus di lakukan penyelidikan dan pengembangan . 

"Pelaku (AF) saat ini kami amankan terlebih dahulu, karena menimbang situasi di sana belum kondusif," kata Regi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)