Panggilan ini dilakukan sekitar pukul 19.00 waktu Gaza (atau pukul 20.00 waktu Vatikan) melalui telepon atau WhatsApp.
Juru bicara Gereja Keluarga Kudus di Gaza, George Anton menyebut bahwa Paus Fransiskus adalah pemimpin agama yang kehadirannya tidak hanya terlihat di media, tetapi juga dirasakan langsung oleh jemaat.
Ia juga mengatakan bahwa Paus selalu menelpon untuk menanyakan kondisi umat yang berlindung di gereja tersebut.
"Ia biasa menelepon kami pukul 7 malam setiap malam. Tidak peduli seberapa sibuknya. Ia tidak peduli dimana ia berada. Ia selalu menelepon," kata George Anton, dikutip dari NPR, pada Rabu, 23 April 2025.
Setiap dalam panggilannya, Paus selalu menanyakan hal-hal mengenai keseharian jemaat. Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah pemimpin memiliki perhatian yang tulus terhadap kehidupan para jemaatnya.
"Dia akan bertanya kabar kami, apa yang kami makan, apakah kami punya air bersih, apakah ada yang terluka?" tambahnya.
Menurut Anton, perhatian yang diberikan Paus kepada jemaat terasa seperti kasih seorang ayah kepada anak-anaknya. Sejak konflik di Gaza yang meletus pada Oktober 2023, lebih dari 300 orang Palestina mencari perlindungan di Gereja Keluarga Kudus.
Gereja Keluarga Kudus merupakan satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza dan telah menjadi tempat perlindungan bagi lebih dari 600 orang, termasuk umat Katolik, Ortodoks, Protestan, serta beberapa keluarga Muslim.
Paus Fransiskus secara rutin menanyakan kondisi mereka, termasuk ketersediaan makanan, obat-obatan, dan kesejahteraan anak-anak yang terdampak konflik.
Meskipun menghadapi masalah kesehatan serius, termasuk infeksi pernapasan dan pneumonia, Paus tetap berusaha menjaga komunikasi dengan komunitas di Gaza. Beliau bahkan menelepon dari rumah sakit untuk memberikan dukungan dan berkat kepada mereka.
Tindakan Paus Fransiskus ini menunjukkan komitmen dan empati beliau terhadap penderitaan umat di Gaza, serta menjadi simbol solidaritas dan harapan bagi komunitas yang terdampak konflik.