Polandia beri izin pasukan NATO ke wilayahnya. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 15 September 2025 19:04
Warsaw: Presiden Polandia Karol Nawrocki menandatangani resolusi yang mengizinkan penempatan pasukan NATO di wilayahnya, menyusul insiden pelanggaran wilayah udara oleh drone Rusia.
“Presiden Republik Polandia, Karol Nawrocki, telah menandatangani resolusi yang mengizinkan kehadiran komponen militer asing dari negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara di wilayah Republik Polandia sebagai bagian dari Operasi Eastern Sentry. Resolusi Presiden bersifat rahasia,” tulis Biro Keamanan Nasional (BSN) melalui media sosial X.
Mengutip dari Anadolu, Senin, 15 September 2025, pelanggaran udara tersebut terjadi pada Rabu, 10 September dini hari, ketika sejumlah besar drone Rusia masuk ke wilayah udara Polandia. NATO segera mengaktifkan sistem pertahanannya untuk memastikan keamanan kawasan.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengumumkan peluncuran Operasi Eastern Sentry di Brussel pada Jumat, setelah Polandia mengaktifkan Pasal 4 NATO.
“Meskipun ini merupakan konsentrasi terbesar pelanggaran wilayah udara NATO yang pernah kami saksikan, apa yang terjadi pada Rabu bukanlah insiden tunggal. Kecerobohan Rusia di sepanjang sayap timur meningkat frekuensinya,” kata Rutte.
Ia menegaskan operasi ini akan memperkuat postur pertahanan NATO melalui integrasi pertahanan udara dan darat untuk menghadapi berbagai ancaman dari Rusia. Operasi melibatkan aset militer dari Denmark, Prancis, Inggris, Jerman, serta negara anggota lainnya. Selain kemampuan tradisional, Eastern Sentry juga mencakup elemen untuk menghadapi ancaman drone.
“Saya yakin pada kekuatan dan kemampuan aliansi ini, terutama berkat kepemimpinan jajaran tinggi kami,” ujar Rutte.
Menteri Pertahanan Polandia Wladyslaw Kosiniak-Kamysz menambahkan, delapan negara telah menyatakan kesediaan bergabung dalam operasi ini, dengan beberapa lainnya sedang mempersiapkan pernyataan serupa.
Ia menyebut operasi ini sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah NATO, dengan penempatan beragam perlengkapan untuk membangun sistem pertahanan udara berlapis, termasuk pesawat, helikopter, rudal berbasis darat, serta sistem anti-drone.
Sementara itu, Rusia pada Minggu mengumumkan telah menembakkan rudal jelajah hipersonik dalam latihan militer bersama Belarus yang dinamakan “Zapad 2025.” Latihan yang dimulai 12 September ini disebut bertujuan meningkatkan koordinasi komando dalam menghadapi kemungkinan serangan terhadap Rusia atau Belarus.
Moskow dan Minsk menegaskan latihan tersebut bersifat defensif dan tidak ditujukan terhadap NATO.