Penangkapan 3 Teroris ISIS Terkait Peningkatan Konsolidasi dan Radikalisme

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel

Penangkapan 3 Teroris ISIS Terkait Peningkatan Konsolidasi dan Radikalisme

Siti Yona Hukmana • 19 August 2024 17:55

Jakarta: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Rycko Amelza Dahniel, merespons penangkapan tiga tersangka teroris jaringan ISIS pada awal Agustus 2024. Menurutnya, penangkapan itu memperlihatkan peningkatan konsolidasi dan radikalisme.

"Sebutkan lah ini hanya suatu fenomena yang muncul di atas permukaan kalau kita lihat dalam teori gunung es. Namun, di bawah permukaan dari hasil penelitian kami itu terjadi peningkatan konsolidasi dan proses radikalisasi kepada masyarakat," kata Rycko di The Westin Hotel, Jakarta Selatan, Senin, 19 Agustus 2024.

Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap seorang tersangka teroris berinisial HOK di Batu, Malang Jawa Timur, pada Rabu, 31 Juli 2024. Kemudian, dua tersangka teroris berinisial RJ dan AM di Jakarta Barat (Jakbar) pada Selasa, 6 Agustus 2024.
 

Baca: 2 Teroris di Jakbar Aktif Jadi Simpatisan dan Sebar Propaganda ISIS

Menurut Rycko, dua penangkapan itu menggambarkan ancaman ideologi kekerasan tidak hilang begitu saja. Meski diketahui di atas permukaan, terutama di Indonesia sepanjang 2023 sampai Agustus 2024, tidak ada satu pun serangan teroris terbuka.

Jenderal polisi bintang tiga ini melanjutkan, peningkatan konsolidasi sel-sel teror itu terlihat dari semakin banyak penangkapan terhadap pelaku teroris baik yang berkiblat kepada ISIS maupun Al-Qaeda. Selain penangkapan, kata dia, terjadi pula peningkatan penyitaan barang bukti yang berkaitan dengan aksi teror.

"Apakah itu senjata api, dokumen-dokumen yang digunakan untuk aksi teror," ujar Rycko.

Selain peningkatan konsolidasi, Rycko menyebut terjadi pula peningkatan proses radikalisasi. Target utamanya adalah perempuan, anak, dan remaja. Radikalisme itu dilakukan dengan berbagai cara baik offline maupun online.

Terlebih, pada masa pandemi covid-19 anak-anak sekolah belajar dan bersosialisasi lewat online. Para teroris, kata Rycko, masif melakukan proses radikalisasi secara online dengan menggunakan berbagai platform media, seperti media sosial.

"Radikalisasi menggunakan online itu menghasilkan online radikalitation, menghasilkan lone wolf. Pelaku-pelaku yang tidak memiliki organisasi, dia berdiri sendiri. Kapan dia berpikir, dia merencanakan hanya dia sama Tuhan yang tahu. Ini yang terjadi dan kita sudah mengantisipasi ini," pungkas Kepala BNPT.

Adapun tersangka HOK menjadi pendukung ISIS akibat terpapar paham radikalisme dan terorisme lewat media sosial dan grup Telegram lintas negara. Dia hendak melakukan bom bunuh diri di dua tempat ibadah di Batu.

Begitu pula tersangka teroris RJ dan AM, yang juga terpapar dari media sosial dan mendukung Daulah Islamiyah atau ISIS. RJ dan AM pernah merakit bom. Namun, belum diketahui tujuannya apakah untuk bom bunuh diri atau mencari pengantin orang lain.

Selain merakit bom, kedua tersangka ini juga simpatisan ISIS aktif. Mereka mengunggah narasi, propaganda, serta mengibarkan bendera ISIS di media sosial.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Sholahadhin Azhar)