Surat kabar Los Angeles Times turut terkena disrupsi teknologi di era internet. (AP)
Medcom • 24 January 2024 15:01
California: Los Angeles Times, salah satu surat kabar ternama di Amerika Serikat, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada 115 pekerjanya, atau berkisar 20 persen dari jajaran staf editorialnya. Pemecatan massal ini disebut-sebut sebagai upaya LA Times dalam menanggulangi kerugian bisnis yang semakin membesar.
Pemilik LA Times, Patrick Soon-Shiong, menyatakan bahwa pemecatan diperlukan demi kelangsungan bisnis. Ia membantah klaim bahwa perusahaannya mengalami kekacauan.
Pemutusan hubungan kerja (PHK) di LA Times diumumkan pada hari Selasa, 23 Januari 2024. PHK tersebut berdampak pada karyawan yang tergabung dalam serikat pekerja maupun yang tidak.
Menurut seorang reporter Times dan presiden Media Guild West, Matt Pearce, mencatat bahwa 94 anggota serikat pekerja dipecat. Jumlah tersebut lebih kecil daripada perkiraan sebelumnya.
Serikat pekerja telah menolak tawaran manajemen untuk melepaskan hak senioritas dengan imbalan pembelian.
Beberapa staf kehilangan pekerjaannya dan berbagi berita melalui media sosial X. Di antara mereka adalah Kimbriell Kelly dan Nick Baumann, kepala dan wakil kepala biro DC surat kabar tersebut, yang seharusnya memimpin liputan pemilihan presiden 2024.
Jeff Bercovici dan Lindsay Blakely, editor dan wakil editor bagian bisnis, juga termasuk di antara yang dipecat. Selain itu, terdapat beberapa reporter bisnis lainnya. Craig Marks, editor musik, dan Jen Yamato, reporter film, juga diberhentikan.
“LA Times memberhentikan kami melalui webinar Zoom dengan obrolan dinonaktifkan, tidak ada tanya jawab, tidak ada kesempatan untuk bertanya,” tulis salah satu mantan editor berita via X. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh serikat pekerja.
Dalam wawancara dengan surat kabarnya sendiri, Soon-Shiong menyatakan bahwa PHK ini menyakitkan bagi semua orang. Namun, ia tetap yakin bahwa ini merupakan bagian dari rencana nyata. Tujuannya untuk menjaga kelangsungan surat kabar tersebut.
Soon-Shiong mengakui surat kabar tersebut telah menghadapi tahun-tahun yang penuh gejolak. Namun, ia menolak pandangan bahwa surat kabar tersebut berada dalam kekacauan.
“Kami tidak berada dalam kekacauan,” kata Soon-Shiong dilansir dari Hindustan Times pada Rabu, 24 Januari 2024.
PHK ini terjadi hanya dua minggu. PHK terjadi setelah editor eksekutif surat kabar, Kevin Merida, mengundurkan diri setelah masa jabatan dua setengah tahun.
Empat editor ditunjuk untuk mengelola ruang berita setelah kepergian Merida. Namun, dua di antaranya sudah meninggalkan surat kabar tersebut.
LA Times telah memangkas 74 pekerja di ruang redaksi dari beberapa bulan lalu. PHK ini bertepatan dengan pengumuman nominasi Oscar pertama surat kabar tersebut untuk film pendek dokumenter 'The Last Repair Shop.'
Guild LA Times melakukan mogok kerja selama satu hari pada hari Jumat, 19 Januari 2024. Tujuannya untuk menentang rencana PHK, yang diharapkan akan berlangsung selama 30 hari.
Pada hari Senin, 10 anggota Kongres mengirim surat kepada Soon-Shiong dan serikat pekerja. Harapannya, agar pemotongan drastis dapat dihindari.
Soon-Shiong meresponsnya dengan meminta dukungan anggota parlemen untuk mengesahkan undang-undang yang membantu surat kabar tersebut mengatasi kesulitan keuangan.
“Kami telah memasukkan ratusan juta dolar – mendekati USD1 miliar – selama lima tahun terakhir ke LA Times, dan kami berkomitmen untuk terus berinvestasi sementara kami berupaya membawa surat kabar tersebut menuju keberlanjutan,” tulisnya.
Soon-Shiong membeli surat kabar tersebut seharga $500 juta pada tahun 2018 dan mempekerjakan 150 staf editorial baru. Jumlah pelanggan digitalnya meningkat menjadi lebih dari 550.000 pada pertengahan tahun 2023, namun surat kabar tersebut masih belum mencapai targetnya.
Selain itu, surat kabar juga menderita akibat kehilangan pendapatan akibat pemogokan Writers Guild of America dan SAG-AFTRA tahun 2023. Akibatnya, berdampak pada media yang meliput industri hiburan Hollywood. (Atika Pusagawanti)
Baca juga: Karyawan Surat Kabar AS Semakin Melorot