Ilustrasi kurs rupiah. Foto: dok MI/Rommy Pujianto.
Husen Miftahudin • 23 January 2024 16:06
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini tak mengalami perubahan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), meski sebelumnya sempat dipukul bertubi-tubi hingga hampir tersungkur.
Mengutip data Bloomberg, Senin, 22 Januari 2024, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup di level Rp15.637 per USD. Mata uang Garuda tersebut stagnan alias masih sama dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Analis pasar uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang sekarang memperkirakan adanya peluang lebih besar bank sentral akan mempertahankan suku bunga stabil pada Maret, sebuah pembalikan nyata dari ekspektasi penurunan suku bunga sebelumnya.
The Fed juga diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan minggu depan. Namun sebelum The Fed, pasar harus bersaing dengan data ekonomi utama AS minggu ini.
"Data PDB kuartal keempat yang dirilis pada Kamis diperkirakan akan menunjukkan penurunan pertumbuhan, sementara data indeks harga PCE yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed akan dirilis pada Jumat, dan kemungkinan akan menegaskan kembali inflasi tetap stabil di Desember," ucap Ibrahim.
Suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama merupakan pertanda buruk bagi mata uang Asia, mengingat negara-negara tersebut menarik modal dari aset-aset yang berisiko tinggi dan berimbal hasil tinggi.
Selain itu, Beijing dilaporkan sedang mempertimbangkan paket dukungan sebesar dua triliun yuan (sekitar USD278 miliar) untuk saham-saham Tiongkok.
Laporan ini meningkatkan optimisme atas lebih banyak dukungan terhadap perekonomian Tiongkok, yang dapat menjaga permintaan komoditas di negara tersebut tetap kuat dalam beberapa bulan mendatang.
"Perlambatan ekonomi di Tiongkok merupakan beban besar pada harga komoditas selama dua tahun terakhir, karena pasar menjadi semakin berhati-hati terhadap potensi melemahnya selera negara tersebut terhadap logam merah," tutur Ibrahim.
Baca juga: Akhir 2023, Cadangan Devisa Indonesia Naik Jadi USD146,4 Miliar
Cadangan devisa RI di 2024 diperkirakan melandai
Perkembangan cadangan devisa Indonesia pada 2024 akan terpengaruh oleh pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan melambat dan harga komoditas yang diperkirakan melandai.
"Pertumbuhan cadangan devisa penting untuk menjaga ketahanan mata uang rupiah dalam mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro dan sistem keuangan di dalam negeri," ungkap Ibrahim.
Adapun harga minyak mentah pada 2024 diperkirakan akan sedikit menurun sejalan dengan penurunan permintaan konsumsi industri dan energi. Sementara itu untuk produksi batu bara kemungkinan akan melebihi permintaan terutama dengan menurunnya permintaan dari Tiongkok sebagai salah satu konsumen terbesar batu bara global.
Kelemahan ekonomi Tiongkok juga akan ikut mempengaruhi harga logam dasar yang tentu akan ikut mempengaruhi harga nikel secara umum. Kondisi yang sama juga diproyeksikan pada harga minyak kelapa sawit (
crude palm oil/CPO) yang berpotensi akan mengalami penurunan pada 2024.
Selain itu, kondisi ekonomi global dipengaruhi oleh beberapa kinerja negara-negara utama seperti Amerika Serikat, Uni Eropa dan juga Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada 2024 diproyeksikan akan sedikit terkoreksi.
"Meskipun demikian, probabilitas resesi di negara tersebut relatif lebih menurun jika dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu," jelas dia.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan mempunyai sinyal lebih positif pada 2024 jika dibandingkan dengan 2023. Penurunan tingkat inflasi yang lebih cepat terjadi pada tahun lalu dan kondisi tersebut dapat mempercepat kebijakan pelonggaran moneter oleh European Central Bank pada 2024.
Diketahui, posisi
cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD146,4 miliar pada akhir Desember 2023, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir November 2023 yang sebesar USD138,1 miliar.
Posisi cadangan devisa di Desember itu setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor dan 6,5 bulan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Capaian cadangan devisa tersebut juga berada di atas standar kecukupan yang disepakati secara internasional yaitu sebesar tiga bulan impor.
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan ditutup melemah.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.610 per USD hingga Rp15.660 per USD," tutup Ibrahim.