Ekonomi China. Foto: Unsplash.
Beijing: Aktivitas pabrik di Tiongkok mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada bulan Agustus. Suatu tanda ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut masih dalam posisi yang goyah.
Dikutip dari Business Times, Sabtu, 31 Agustus 2024, Biro Statistik Nasional Tiongkok mengatakan Indeks manajer pembelian manufaktur resmi turun menjadi 49,1 dari 49,4 pada Juli.
Angka ini bahkan dibawah prakiraan median ekonom yang disurvei Bloomberg News adalah 49,5. Angka tersebut telah berada di bawah angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi selama semua bulan kecuali tiga bulan sejak April 2023.
gangguan sektor properti
Perekonomian Tiongkok yang mencapai USD17 triliun telah mengalami kesulitan akibat kemerosotan properti yang berkepanjangan yang membebani konsumen dan bisnis.
Upaya pemerintah Tiongkok, termasuk pemangkasan suku bunga, untuk mendongkrak sentimen belum mampu membalikkan keadaan, yang berarti ekonomi nomor 2 dunia ini terus bergantung pada manufaktur untuk menjaga target pertumbuhannya tetap terlihat.
Sementara itu hambatan sektor manufaktur datang dari ketegangan perdagangan Tiongkok dengan AS dan Eropa.
Hal ini bisa menyulitkan Presiden Xi Jinping yang menargetkan pertumbuhan produk domestik bruto sekitar 5 persen tahun ini. Sebuah tujuan yang menurut beberapa ekonom akan membutuhkan percepatan belanja infrastruktur dan program-program lainnya jika ingin terwujud.