Tiongkok Makin Pusing usai Rilis Penurunan Angka Pernikahan di 2024

Populasi Tiongkok terus menurun dari tahun ke tahun seiring melambatnya perekonomian di negara tersebut. (EPA)

Tiongkok Makin Pusing usai Rilis Penurunan Angka Pernikahan di 2024

Marcheilla Ariesta • 4 November 2024 15:25

Beijing: Tiongkok merilis serangkaian langkah untuk meningkatkan jumlah populasinya yang terus menurun. Sayangnya, mereka juga mencatat penurunan pendaftaran pernikahan selama sembilan bulan sepanjang 2024.

Menurut data resmi Kementerian Urusan Sipil Tiongkok, selama tiga kuartal pertama tahun ini, 4,747 juta pasangan terdaftar secara nasional. Angka tersebut memperlihatkan penurunan tahun-ke-tahun sebanyak 943.000.

Pemerintah Tiongkok merilis data terbaru pada Jumat pekan lalu.

“Pada 2023, 5,690 juta pendaftaran pernikahan tercatat selama sembilan bulan pertama, meningkat dari tahun 2022,” kata kementerian tersebut, dilansir dari Malay Mail, Senin, 4 November 2024.

Ketidakpastian ekonomi dan biaya hidup yang meningkat di seluruh Tiongkok telah memaksa banyak pasangan muda untuk menunda pernikahan. Ini sebuah tanda meresahkan bagi para pembuat undang-undang yang telah mendorong kebijakan untuk meningkatkan populasi yang menyusut.

Tiongkok baru-baru ini merevisi rancangan undang-undang yang mempermudah pasangan untuk mendaftarkan pernikahan, dengan pengajuan perceraian menjadi lebih sulit.

Selama tiga kuartal pertama 2024, tercatat 1,967 juta perceraian, turun tipis 6.000 dari tahun ke tahun, menurut data tersebut.

Awal tahun ini, Tiongkok melaporkan penurunan tahunan kedua dalam angka kelahiran nasional, yang mendorong pemerintah untuk memberlakukan proyek dan inisiatif di kota-kota besar guna memacu kaum muda Tiongkok untuk menciptakan budaya perkawinan dan melahirkan anak "era baru" guna menumbuhkan lingkungan yang ramah bagi kelahiran anak.

Menikah dan memiliki anak telah menjadi topik hangat di kalangan kaum muda Tiongkok dan memunculkan diskusi besar serta topik yang menjadi tren di media sosial.

Banyak kaum muda Tiongkok memilih untuk tetap melajang atau menunda menikah karena prospek pekerjaan yang buruk. Terdapat pula kekhawatiran tentang masa depan karena pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut melambat.

Presiden Tiongkok Xi Jinping bahkan turut berkomentar, dengan mengatakan bahwa perempuan memiliki peran penting dan harus membangun "tren keluarga baru.”

Baca juga:  Populasi Tiongkok Turun Lagi hingga Dua Kali Lipat di Tahun 2023

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)