Ilustrasi PLTA. Foto: MI
Jakarta: Pemerintah dan PT PLN (Persero) akan mendorong pengembangan pengembangan infrastruktur kelistrikan berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P. Hutajulu menjabarkan, pihaknya mencatat potensi EBT di seluruh Indonesia mencapai 3.687 Gigawatt (GW). Potensi tersebut meliputi surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi dan laut.
"Indonesia memiliki potensi EBT besar, tersebar, dan beragam, untuk mendukung ketahanan energi nasional dan pencapaian target bauran EBT," kata Jisman dalam siaran pers, Kamis, 16 November 2023.
Namun, dia mengatakan lokasi potensi EBT yang besar pada umumnya jauh dari lokasi pusat beban. Dengan begitu, menurutnya, diperlukan penguatan infrastruktur transmisi tenaga listrik untuk menyalurkan energi listrik dari lokasi potensi EBT menuju ke pusat beban yang saat ini masih di pulau Jawa.
"Oleh karena itu, Indonesia berencana mengembangkan super grid guna meningkatkan konektivitas dan mengoptimalkan potensi EBT di lima pulau utama, yakni Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Bali," jelas Jisman.
Baca juga: RI Tegaskan Komitmen 23% Energi Terbarukan pada 2025
Membangun interkoneksi antarpulau
Jisman menambahkan, dengan membangun interkoneksi antarpulau, sistem kelistrikan kita akan semakin andal dan berkelanjutan.
Dia juga menjelaskan, pengembangan supergrid dan modernisasi sistem ketenagalistrikan tidak hanya memaksimalkan potensi suplai EBT seperti hidro dan panas bumi, tetapi juga meningkatkan penetrasi pengembangan sumber EBT yang intermiten seperti surya dan angin.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menambahkan, pemerintah dan PLN telah menyepakati penambahan pembangkit 75 persen akan berasal dari EBT dan 25 persen dari gas sampai 2040.
Skenario tersebut terangkum dalam skema Accelerated Renewable Energy Development (ARED) di mana pengembangan sistem interkoneksi listrik bersih antar pulau
green super grid. Dengan pembangunan tersebut, penambahan kapasitas pembangkit EBT bisa meningkat dari 22 gigawatt (GW) menjadi 61 GW pada 2040.
"Salah satu prioritas tinggi adalah bagaimana Sumatra dan Jawa ini bisa disambungkan. Bagaimana potensi hidro dalam skala yang cukup besar, terutama di daerah-daerah Sumatra bagian utara, Aceh dan Pantai Barat Sumatra ini semuanya bisa dibangun dan kemudian produksi listriknya bisa disalurkan ke pulau Jawa," jelas Darmawan.
Darmawan juga menjelaskan bahwa penambahan pembangkit EBT yang berbasis pada surya dan angin yang bersifat intermiten akan memberi tekanan cukup besar pada keandalan sistem kelistrikan PLN saat ini. Adanya intermitensi tersebut membutuhkan inovasi teknologi agar sistem PLN tetap stabil.
Untuk mengatasi hal tersebut, PLN telah merancang pengembangan
smart grid dengan
smart power plant dan
flexible generation yang dilengkapi
smart transmission, smart distribution, smart control center, dan
smart meter.
"Dengan upaya tersebut penambahan kapasitas pembangkit surya dan angin bisa meningkat dari lima GW menjadi 28 GW pada 2040," ungkap Darmawan.