Keluarga Kerajaan Inggris Datang ke Ukraina  Memberikan Dukungan

Duchess of Edinburgh Sophie menjadi anggota keluarga kerajaan pertama yang mengunjungi Ukraina. Foto: BBC

Keluarga Kerajaan Inggris Datang ke Ukraina Memberikan Dukungan

Marcheilla Ariesta • 30 April 2024 11:36

Kyiv: Duchess of Edinburgh Sophie menjadi anggota keluarga kerajaan Inggris pertama yang mengunjungi Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia. Sophie, yang menikah dengan Pangeran Edward, bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky dan ibu negara Ukraina Olena Zelenska, pada Senin pagi dan menyampaikan pesan kepada mereka atas nama Raja Charles III.

“Mereka membahas cara mendukung para penyintas kekerasan seksual terkait konflik dan perempuan pembangun perdamaian yang berperan dalam memastikan pemulihan dan rekonstruksi Ukraina berjalan efektif dan bertahan lama,” kata Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan (FCDO), dilansir dari Inews, Selasa, 30 April 2024.

Bangsawan ini mengunjungi Ukraina atas permintaan FCDO untuk menunjukkan solidaritas terhadap perempuan, laki-laki dan anak-anak yang terkena dampak perang dan sebagai kelanjutan dari pekerjaannya untuk memperjuangkan para penyintas kekerasan seksual terkait konflik.

Sophie bertemu dengan para penyintas kekerasan seksual dan penyiksaan terkait konflik yang berbagi kisah mereka. Ia berbicara dengan anak-anak yang dikembalikan ke Ukraina setelah dipisahkan secara paksa dari keluarga mereka dan dideportasi oleh Rusia sebagai bagian dari kampanye berkelanjutan untuk menghapus budaya Ukraina.

Dalam kunjungan tersebut, Sophie memberikan penghormatan kepada mereka yang tewas di Bucha, dua tahun setelah pembebasannya dari pasukan Rusia. Duchess of Edinburg ini juga mengunjungi “Jalan Menuju Kehidupan”, sebuah jembatan yang menjadi bagian penting dari perlawanan Ukraina untuk menghentikan pasukan Rusia menuju Kyiv, ketika kota tersebut diledakkan. 

Wilayah ini kemudian menjadi rute penting bagi orang-orang untuk melarikan diri ke tempat yang aman dari pendudukan Rusia.

Duchess juga menunjukkan dukungannya terhadap perempuan Ukraina yang telah memainkan peran penting dalam konflik dan pemulihan masyarakat, dalam pertemuan dengan para sukarelawan yang membantu komunitas mereka mengatasi dampak serangan melalui kegiatan perawatan kesehatan mental untuk anak-anak.

Berbicara pada resepsi malam hari di kediaman duta besar Inggris untuk Ukraina, Martin Harris, Sophie mengatakan dia telah melakukan perjalanan ke banyak negara dalam konflik atau pasca-konflik, dan “perempuan dan anak perempuan menanggung harga tertinggi dalam hal kerugian kemanusiaan”.

“Pemerkosaan digunakan untuk merendahkan, merendahkan dan menghancurkan. Dan kita harus menjadi lebih baik dalam upaya mencegah hal itu terjadi. Dimana kita tidak bisa mencegah hal tersebut terjadi. Apa yang harus kita lakukan adalah mengambil langkah-langkah untuk mendukung mereka yang menjadi korban kejahatan tersebut,” kata Sophie.

Perempuan bangsawan itu mengatakan dia telah bertemu dengan para penyintas kekerasan seksual dan berterima kasih atas “keterbukaan” mereka.

“Saya berterima kasih kepada mereka atas kejujuran mereka dalam menceritakan apa yang terjadi pada mereka,” ucapnya.

“Kisah mereka menyedihkan. Sayangnya, saya mendengar banyak cerita seperti ini dari seluruh dunia. Tapi saya menghargai waktu dan keterbukaan mereka,” tutur Duchess.

Ia menambahkan, telah bertemu orang-orang yang “memainkan peran besar di Bucha dan Irpin” untuk membantu komunitas mereka, dan dia akan “membawa cerita-cerita itu ke dalam hati saya”.

Dalam pidatonya melalui video di sebuah konferensi mengenai kekerasan seksual terkait konflik di Ukraina bulan lalu, Sophie mengatakan, “Para penyintas di sini dan di seluruh dunia telah berbicara dengan berani tentang pengalaman mereka.”

“Mereka adalah pendukung paling kuat yang mengingatkan kita semua bahwa kita tidak boleh mengabaikan kengerian kejahatan ini, kita tidak boleh melupakan para penyintas,” kata dia.

Sebaliknya, lanjut Sophie, saling bahu-membahu dengan semua penyintas menjadi penting untuk menjamin keadilan dan ganti rugi yang holistik. Hal ini juga memastikan bahwa kejahatan ini tidak diterima sebagai bagian dari konflik.

“Hak-hak dan suara mereka harus menjadi inti dari semua upaya kita untuk memasukkan kekerasan seksual terkait konflik ke dalam buku sejarah,” tegas Sophie.

Sophie mengumumkan komitmennya untuk memperjuangkan Inisiatif Pencegahan Kekerasan Seksual dalam Konflik (PSVI) di Inggris dan Agenda Perempuan, Perdamaian, dan Keamanan (WPS) PBB pada Hari Perempuan Internasional tahun 2019.

Dia telah mengunjungi sejumlah negara selama bertahun-tahun untuk menyoroti dampak konflik yang bersejarah dan sedang berlangsung, termasuk Kosovo, Sierra Leone, Sudan Selatan, Republik Demokratik Kongo, dan Kolombia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)