Tiongkok Pertahankan Suku Bunga Jangka Menengah

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Tiongkok Pertahankan Suku Bunga Jangka Menengah

Arif Wicaksono • 15 January 2024 13:03

Beijing: Bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga kebijakan jangka menengah. Tiongkok menentang ekspektasi pasar karena tanda-tanda melemahnya mata uang terus membatasi ruang lingkup pelonggaran moneter.

Dikutip dari Channel News Asia, Senin, 15 Januari 2024, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) mengatakan pihaknya mempertahankan suku bunga pinjaman fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) satu tahun senilai 995 miliar yuan (USD138,84 miliar) kepada beberapa lembaga keuangan tidak berubah pada 2,50 persen dari operasi sebelumnya.
 

baca juga: 

Tiongkok Genjot Permintaan Domestik



Operasi pinjaman sepenuhnya memenuhi permintaan uang tunai di lembaga-lembaga keuangan untuk menjaga likuiditas sistem perbankan dalam jumlah yang cukup.

Prediksi terhadap suku bunga Tiongkok

Dalam jajak pendapat Reuters yang dilakukan pekan lalu, 19 dari 35 pelaku pasar memperkirakan bank sentral akan menurunkan suku bunga MLF untuk membantu menopang perekonomian yang lemah. Sebagian besar responden juga memperkirakan PBOC akan menyuntikkan dana segar ke dalam sistem keuangan melebihi jumlah yang akan jatuh tempo.

Ekspektasi tersebut meningkat setelah bank-bank komersial besar Tiongkok menurunkan suku bunga deposito mereka pada akhir tahun lalu, dan setelah data ekonomi yang mengecewakan baru-baru ini memicu pandangan bahwa diperlukan lebih banyak stimulus.

"Kami pikir spiral deflasi utang yang mengakar dan sentimen pesimistis di kalangan agen ekonomi di Tiongkok menambah urgensi bagi PBOC untuk meluncurkan pelonggaran moneter untuk melawan deflasi,” kata ekonom di Barclays.

Dukungan lebih lanjut

Data yang dirilis minggu ini untuk output industri, investasi dan penjualan ritel Desember, serta produk domestik bruto kuartal keempat akan memberikan petunjuk kepada investor apakah perekonomian akan memerlukan dukungan lebih lanjut.

Sejumlah indikator ekonomi baru-baru ini terus mencerminkan pemulihan ekonomi yang tidak stabil dengan peningkatan ekspor pada Desember. Namun pertumbuhan kredit yang lemah dan tekanan deflasi yang terus-menerus memerlukan langkah-langkah stimulus yang lebih banyak.

Namun, menyempitnya margin suku bunga (NIM) di bank-bank komersial dan melemahnya yuan Tiongkok pada awal tahun telah membatasi ruang bagi bank sentral untuk melakukan manuver kebijakan moneternya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)