Ilustrasi bitcoin. Foto: Unsplash.
Bombay: Mata uang kripto dapat menimbulkan risiko yang signifikan bagi pasar negara berkembang. Bank Sentral India memperingatkan pendirian bank sentral mengenai masalah ini tetap tidak berubah, meskipun ada penerimaan yang lebih luas di negara lain.
"Posisi kami, posisi saya, dan posisi RBI mengenai hal ini (mata uang kripto) tetap tidak berubah terlepas dari siapa yang melakukan apa," kata Shaktikanta Das, dilansir Channel News Asia, Kamis, 11 Januari 2024.
Dia menanggapi pertanyaan tentang regulator sekuritas Amerika Serikat (AS), yang menyetujui dana diperdagangkan di bursa pertama terdaftar di AS untuk melacak bitcoin, sebuah langkah mendukung mata uang kripto terbesar di dunia dan industri kripto lebih luas.
"Bagi negara-negara
emerging market dan juga negara-negara maju, menempuh jalur tersebut akan menciptakan resiko besar yang akan sangat sulit untuk dikendalikan di masa depan," tambah Das.
Fokus ke mata uang digital
Dia menegaskan, aset kripto tidak memiliki nilai mendasar dan menimbulkan risiko bagi stabilitas makroekonomi dan keuangan. Das menyoroti manfaat mata uang digital bank sentral, atau e-rupee dalam kasus India.
Dia mengatakan bank sentral sedang berupaya agar e-rupee memungkinkan transfer tunai, seperti transfer yang ditargetkan ke petani.
"Bank sentral juga berencana memulai uji coba penggunaan e-rupee di segmen baru dalam sektor grosir," tambah dia.
Pada Desember, bank-bank India menyalurkan sejumlah tunjangan karyawan melalui rupee digital, membantu RBI memenuhi target satu juta transaksi harian pada akhir 2023.
RBI dan Dewan Pembayaran Nasional India sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa negara untuk mengadopsi sistem pembayaran India Antarmuka Pembayaran Terpadu untuk transaksi lintas negara. Das juga mengatakan bank sentral sedang mencermati pinjaman berbasis kecerdasan buatan oleh entitas keuangan.