Kapolda Nusa Tenggara Timur, Irjen Rudi Darmoko, meresmikan sembilan titik sumur bor di Kota Kupang. Dokumentasi/ istimewa
Kupang: Tahun-tahun panjang masyarakat Kota Kupang hidup dalam kesulitan air bersih akhirnya menemukan harapan baru. Di tengah kelangkaan yang hampir menjadi rutinitas hidup, Kapolda Nusa Tenggara Timur, Irjen Rudi Darmoko, meresmikan sembilan titik sumur bor yang kini mulai mengalir dan memberi kehidupan baru bagi ribuan warga.
Krisis air bersih di NTT bukan sekadar persoalan teknis, ia telah menjadi bagian dari perjuangan sehari-hari. Banyak keluarga harus berjalan jauh memikul jeriken, mengantre tangki air atau berhemat dalam setiap tetes untuk mandi, mencuci, bahkan memasak. Pada musim kering, sumur-sumur dangkal kerap mengering dan membuat warga terpaksa membeli air dengan harga tinggi.
Baca Juga :
Dalam situasi seperti itulah proyek sumur bor ini terasa seperti napas panjang. Saat meresmikan titik-titik air tersebut, Kapolda Rudi Darmoko menegaskan bahwa pemenuhan akses air bersih adalah komitmen kemanusiaan.
“Air adalah hidup. Di banyak tempat air mudah didapat, tetapi di NTT air adalah perjuangan. Kami ingin menghentikan perjuangan itu. Kami ingin ibu-ibu tidak lagi berjalan jauh sambil memikul jeriken, anak-anak bisa mandi sebelum sekolah, dan setiap keluarga hidup lebih layak,” kata Rudi di Kupang, Kamis, 11 Desember 2025.
Peresmian sembilan titik baru ini merupakan tahap lanjutan dari tiga titik sebelumnya, sehingga kini total 18 sumur bor bantuan Kapolda NTT telah aktif digunakan. Sementara lima titik lain sedang dalam proses pengerjaan dan mulai menunjukkan tanda aliran air.
Kapolda Nusa Tenggara Timur, Irjen Rudi Darmoko, meresmikan sembilan titik sumur bor di Kota Kupang. Dokumentasi/ istimewa
Kesembilan titik yang baru diresmikan tersebar di sejumlah kelurahan, antara lain Oesapa Barat, Oesapa Selatan, Lasiana, Namosain, Liliba, Fatukoa, Naikoten, Sikumana, dan Manulai II.
Di Kelurahan Lasiana, seorang warga, Samuel Hanas, tidak mampu menyembunyikan rasa harunya ketika air bersih pertama kali menyembur dari tanah mereka sendiri.
"Selama ini kami hidup serba terbatas. Kadang berhari-hari tanpa air. Hari ini, kami melihat air mengalir dari tanah kami sendiri. Rasanya seperti beban lama terangkat. Ini bukan sekadar bantuan, tapi anugerah," jelasnya.
Usai peresmian, kegiatan dilanjutkan dengan penyerahan paket bantuan sosial kepada sembilan perwakilan dari tiap lokasi sumur bor. Momentum ini menunjukkan bahwa kehadiran Polri tidak hanya terkait keamanan, tetapi juga kepedulian sosial yang menyentuh kebutuhan paling dasar masyarakat.
Pembangunan sumur bor ini tidak sekadar menghadirkan infrastruktur baru. Ia menjadi gerakan kemanusiaan yang mengembalikan martabat masyarakat melalui akses air bersih—kebutuhan sederhana yang begitu vital.
Hari itu di Kupang, sebuah sejarah kecil tercipta: air kembali mengalir, harapan tumbuh, dan masyarakat NTT memasuki babak baru yang lebih layak serta penuh asa.