Daya Tawar Politik PDIP ke Demokrat Dinilai Lemah

Pertemuan Puan dengan AHY. MI/Usman Iskandar

Daya Tawar Politik PDIP ke Demokrat Dinilai Lemah

Sri Utami • 23 June 2023 21:30

Jakarta: Nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang disebut masuk dalam bursa cawapres Ganjar Pranowo dinilai hanya sebagai gimmick politik. Sebab daya tawar yang dimiliki oleh AHY dinilai lemah.

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saiful Mujani mengatakan, AHY mungkin bisa untuk mendampingi Ganjar. Namun ia meyakini daya tawar politik tersebut tidak sekuat di dalam Koalisi Perubahan untuk Pembangunan (KPP).

"Apakah memang AHY bisa menjadi wakil Ganjar mungkin jadi lain targetnya. Kalau komunikasi dan bargaining dengan PDI Perjuangan mungkin tidak seperti deal yang dibuat dengan Nasdem dan PKS," kata dia, Jumat, 23 Juni 2023.

Misalnya, jelas Saiful Mujani, kalau dengan Anies harapannya AHY wakil dan itu hampir harga mati. Tapi kalau dengan PDI Perjuangan mungkin tidak harus cawapres.

"Mungkin bisa mencalonkan sama-sama pun itu sudah punya nilai sendiri karena ada hubungan yang unik antara PDIP dan Demokrat yang sejak Pemilu 2024 sampai sekarang 2019 itu tidak berada dalam satu kubu," paparnya.

Peta poros koalisi

Jika kemudian komunikasi kedua partai tersebut berujung pada dukungan satu pasangan calon maka pola poros bisa hanya menjadi tiga atau dua poros. Di sisi lain Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) juga akan berubah dengan bergabungnya Partai Golkar dan PAN.

"Itu tidak bisa dihindarkan atau bahkan bisa jadi dua karena jumlah partai semakin sedikit. Sekarang sudah terserap kalau PPP sama PDIP, Demokrat kekuatannya ditambah dengan nonparlemen sudah 35 persen. Sudah tidak bisa dihindarkan untuk membuat hanya tiga koalisi maksimal," ujarnya.

Menurutnya, terbuka kemungkinan PAN atau Golkar atau keduanya bergabung dengan koalisi perubahan khususnya Golkar. Sebab Golkar memiliki hubungan yang dekat dengan NasDem.

"Mereka satu keluarga dengan Golkar. Jadi sangat terbuka kemungkinan itu karena apa Golkar belum memutuskan Airlangga ini bisa jadi nomor satu atau nomor dua atau tidak. Bisa saja dalam hal ini Ani?e?s tetap menjadi nomor satu kemudian Golkar masuk itu cukup jadi Airlangga menjadi nomor 2 itu mungkin saja terjadi," paparnya.

Saiful juga memprediksi kemungkinan Anies Baswedan bergeser ke Prabowo Subianto juga terbuka. Partai Golkar yang belum menentukan sikap dengan jumlah kursi terbanyak setelah PDI Perjuangan bisa menjadi kunci peta koalisi.

"Kalau misalnya Golkar memberikan jalan untuk Anies jadi nomor dua dengan Prabowo, itu mungkin salah satu alternatif yang sangat kuat. Jika itu yang terjadi berarti kita hanya ada dua poros dan sejauh ini peluang itu lebih baik untuk mengalahkan Ganjar kalau Prabowo dengan Anies bergabung," ungkapnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)