Heboh Kemunculan Awan Berbentuk Piring di Langit Lampung, Ini Penjelasan BMKG

Ilustrasi- Situasi Kota Bandarlampung saat hendak terjadi hujan. ANTARA/Ruth Intan Sozometa Kanafi.

Heboh Kemunculan Awan Berbentuk Piring di Langit Lampung, Ini Penjelasan BMKG

Whisnu Mardiansyah • 22 December 2025 14:05

Bandar Lampung: Penampakan awan berbentuk unik seperti piring atau lensa di langit Lampung mengundang perhatian dan pertanyaan masyarakat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Lampung menegaskan, fenomena awan Lenticularis tersebut bukan merupakan pertanda hujan lebat atau badai, melainkan indikator dinamika angin di atmosfer.

“Fenomena awan Lenticularis merupakan jenis awan berbentuk lensa atau menyerupai piring yang terbentuk akibat dinamika angin di atmosfer, khususnya ketika aliran udara kuat melalui wilayah pegunungan atau berbukit,” ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Lampung, Rudi Harianto saat dihubungi di Bandar Lampung seperti dilansir Antara, Senin, 22 Desember 2025.

Awan Lenticularis memiliki ciri khas tampak diam di satu tempat, meskipun sebenarnya angin di lapisan atmosfer tempatnya terbentuk bergerak dengan kecepatan tinggi. Fenomena ini terjadi akibat kombinasi tiga faktor utama: angin kencang di lapisan atmosfer menengah-atas, topografi pegunungan, dan pembentukan gelombang orografis.

“Ketika udara lembap dipaksa naik mengikuti gelombang tersebut, suhu udara menurun sehingga uap air mengembun dan membentuk awan pada puncak gelombang. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga awan terlihat stasioner meskipun aliran udara di sekitarnya bergerak cepat,” papar Rudi.
 

Fenomena ini tidak memiliki periode kemunculan tetap dan dapat terjadi kapan saja, terutama saat penguatan angin di lapisan atas atmosfer. Di Indonesia, awan Lenticularis lebih sering muncul pada masa peralihan musim atau saat dinamika atmosfer sedang aktif, serta umumnya teramati di sekitar wilayah pegunungan atau perbukitan.

Lama kemunculannya bervariasi, mulai dari beberapa puluh menit hingga beberapa jam. Dari sisi dampak langsung, awan Lenticularis tidak menimbulkan hujan, badai, petir, maupun kerusakan fisik di permukaan tanah seperti banjir atau longsor.

“Terkait dampak terhadap permukiman, tidak terdapat rumah yang terdampak secara langsung akibat kemunculan awan Lenticularis, karena awan ini tidak menyebabkan kerusakan fisik,” tegas Rudi.


Bulan Purnama. Foto: Medcom/Duta Erlangga

Meskipun tidak membawa hujan lebat, keberadaan awan Lenticularis dapat menjadi penanda atau indikator penting. Awan ini menunjukkan adanya angin kencang dan kemungkinan turbulensi di lapisan atas atmosfer. Di permukaan, kondisi ini dapat dirasakan sebagai hembusan angin yang lebih kuat atau tidak stabil, khususnya di daerah pegunungan.

“Oleh karena itu, fenomena ini lebih berperan sebagai penanda kondisi atmosfer yang dinamis, bukan sebagai kejadian bencana,” jelas Rudi.

Menyikapi hal tersebut, BMKG Lampung mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi angin kencang yang mungkin menyertai. Masyarakat disarankan mengamankan benda-benda ringan di luar rumah, memperkuat struktur bangunan sementara, dan membatasi aktivitas di ruang terbuka yang berisiko.

“Masyarakat juga disarankan untuk terus mengikuti informasi cuaca resmi dari BMKG sebagai langkah antisipasi,” tambah Rudi.

Penjelasan BMKG ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang tepat kepada masyarakat sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dalam menginterpretasikan fenomena alam yang menarik ini.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
(Whisnu M)