Perencana keuangan Aline Wiraatmaja. Metrotvnews.com/Muhammad Adyatma Damardjati
Eko Nordiansyah • 4 December 2025 07:35
Jakarta: Perubahan perilaku keuangan rumah tangga Indonesia menunjukkan kecenderungan yang semakin kompleks. Tekanan biaya hidup, sumber pendapatan yang terbatas, dan lemahnya pengelolaan prioritas menjadi faktor utama yang membuat banyak keluarga kesulitan menyusun strategi keuangan jangka panjang.
Dalam diskusi ekonomi yang digelar oleh Sun Life Indonesia, panelis menyoroti pola keraguan yang kerap muncul dalam pengambilan keputusan finansial. Banyak keluarga memahami pentingnya proteksi dan perencanaan aset, namun kesadaran itu tidak berbanding lurus dengan tindakan nyata. Perencana keuangan Aline Wiraatmaja menyebut situasi ini sebagai bentuk ketidakselarasan antara pengetahuan dan realitas.
“Ada misalignment antara apa yang kita inginkan dan yang harus dilakukan. Kita sudah tahu apa yang perlu disiapkan secara keuangan, tetapi begitu harus action, kita bingung dan akhirnya tidak melakukan apa-apa,” ujar Aline dalam paparannya, Rabu, 3 Desember 2025.
Data tambahan menunjukkan, lebih dari 70 persen keluarga menghadapi tekanan signifikan akibat kenaikan biaya hidup, sementara 52 persen tidak memiliki perencanaan keuangan lebih dari 12 bulan.
Kondisi ini membuat ruang bagi akumulasi risiko finansial semakin besar. Mulai dari menunda proteksi, tidak menyiapkan dana pendidikan, hingga kebiasaan mengorbankan tujuan keuangan pribadi demi kebutuhan komunal.
.jpg)
(Ilustrasi. Foto: Dok Metrotvnews.com)
Panelis juga menilai, sumber pendapatan yang bergantung pada satu pihak dalam rumah tangga menjadi pemicu kerentanan jangka panjang. Ketika muncul situasi darurat seperti kesehatan atau kehilangan pendapatan, seluruh perencanaan bisa runtuh dalam waktu singkat.
Selain itu, budaya pengeluaran yang tidak seimbang, baik dalam bentuk over spending maupun over saving. Hal tersebut menjadi tantangan lain dalam manajemen finansial keluarga. Banyak rumah tangga memprioritaskan kenyamanan jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampaknya pada masa depan, sementara sebagian lain terlalu berhati-hati hingga menunda keputusan penting.
Para pembicara sepakat bahwa perbaikan perilaku finansial membutuhkan edukasi berkelanjutan, penyederhanaan akses informasi, serta penekanan pada pentingnya konsistensi dalam mengatur anggaran.
Pendekatan yang lebih realistis, adaptif, dan sesuai dengan siklus kehidupan rumah tangga dinilai menjadi kunci penguatan ketahanan ekonomi masyarakat di tengah tekanan biaya hidup yang terus meningkat. (Muhammad Adyatma Damardjati)