Ketua Umum AGTI Anne Patricia Sutanto (kiri) bersama Menteri Ketenagakerjaan Yassierli (kanan). Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 6 November 2025 19:50
Jakarta: Asosiasi Garment dan Tekstil Indonesia (AGTI) melakukan audiensi dengan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. Pertemuan tersebut membahas penguatan kerja sama strategis antara pemerintah dan industri dalam meningkatkan daya saing sektor tekstil dan garmen nasional.
Ketua Umum AGTI Anne Patricia Sutanto, mengatakan, AGTI berkomitmen mendukung berbagai inisiatif Kementerian Ketenagakerjaan, khususnya dalam peningkatan kompetensi tenaga kerja melalui program magang dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi.
“Program magang dari Kemenaker harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kuotanya mencapai 15 persen dari total karyawan di setiap perusahaan. Ini peluang besar untuk mencetak tenaga kerja siap pakai yang sesuai kebutuhan industri,” ujar Anne dalam keterangan tertulis, Kamis, 6 November 2025.
Selain program magang, pertemuan juga membahas penyusunan kurikulum berstandar kompetensi nasional yang akan disusun secara kolaboratif antara dunia industri, akademisi, dan pemerintah. Upaya ini diharapkan mampu menghasilkan tenaga kerja yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar global.

(Ilustrasi. Foto: Dok istimewa)
Anne menambahkan bahwa AGTI juga mendorong pembentukan Productivity Center di berbagai Balai Latihan Kerja (BLK), antara lain di Serang, Bekasi, Solo, Bandung dan Semarang. Fasilitas ini diharapkan menjadi pusat peningkatan keterampilan dan efisiensi bagi tenaga kerja sektor tekstil dan garmen.
Dalam kesempatan itu, AGTI juga menyampaikan rencana untuk mengajukan simplifikasi dan pemangkasan biaya perizinan yang terkait langsung dengan beberapa kementerian, termasuk Kemenaker, Kemendag, Kemenperin, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) agar lebih efisien dan kompetitif.
"Dalam rangka meningkatkan daya saing seiring dengan multilateral dan bilateral perjanjian dagang yang sudah efektif maupun yang akan efektif seperti perjanjian dagang EU Indonesia dan Indonesia Canada FTA CEPA maka kami sangat optimisme di industri ini," jelasnya.
Anne juga menegaskan, tidak ada pemutusan hubungan kerja, justru banyak perusahaan yang menambah kapasitas produksi, merekrut tenaga kerja baru, bahkan membuka pabrik baru. "Artinya, industri tekstil dan garmen Indonesia terus tumbuh dan bergerak maju," pungkas Anne.