Telusur Uncut: Mencari Keberadaan Beras Premium

Beras premium. Foto: Dok/Istimewa

Telusur Uncut: Mencari Keberadaan Beras Premium

Anggi Tondi Martaon • 4 September 2025 22:02

Jakarta: Keberadaan beras premium menghilang dari pasaran. Hal itu terjadi setelah polemik beras oplosan atau mixing mencuat.

Tim Telusur Uncut Metro TV mencoba menelusuri fakta tersebut. Tim kemudian mencoba mengunjungi Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur.

Hasilnya, banyak toko beras di Pasar Induk Beras Cipinang yang tutup. Mereka tidak beroperasi karena takut dituduh mengoplos beras.

"Karena banyak banget razia-razia, bahkan toko-toko ini, mereka lebih milih tutup. Karena kalau mereka buka, mereka dicurigain ngoplos," kata pekerja di Pasar Induk Beras Cipinang dikutip dari Metro TV, Kamis, 4 September 2025.

Tim Telusur Uncut Metro TV juga mencoba mengecek keberadaan beras premium di pasar tradisional Kopro. Para pedagang mengaku men-downgrade beras yang dijual dari grade A ke B.

Meski penurunan grade, harga beras tetap mahal. Bahkan, kenaikan harga mencapai Rp20.000 hingga Rp40.000 per kilonya. Sementara kalau beras-beras yang lokal, beras-beras premium, ini naiknya sekitar Rp2.000 sampai Rp3.000 per kilo.

Sedangkan beras premium di supermarket kosong. Hal itu ditemui saat Tim Telusur Uncut Metro TV mengunjungi lima supermarket.
 

Baca juga: 

Beras Premium Langka di Ritel Modern, Mentan Sebut Distribusi Dialihkan


Tidak ditemukannya keberadaan beras premium ini menjadi tanda tanya. Padahal, Indonesia tengah mengalami surplus beras.

Ternyata, surplus beras tak menjamin beras premium membanjiri pasaran. Ada beberapa hal yang harus dilakukan, mulai pembelian gabah, pemisahan gabah, pengemasan, hingga distribusi. 

Semua proses tersebut membutuhkan biaya cukup besar. Harga beras yang mahal disebut tidak menutupi ongkos produksi.

Sementara itu, pengamat pertanian, Khudori menyampaikan ada beberapa alasan harga beras mahal meski tengah mengalami surplus. Pertama, operasi pasar SPHP ini belum efektif. 

Lalu, aliran beras ke pasar dari pedagang dan juga penggilingan sangat terbatas. Permasalahan tersebut seharusnya bisa ditanggulangi dengan operasi pasar SPHP Bulog.

Terakhir, ongkos distribusi. Hal itu dinilai sangat berpengaruh, apalagi pengiriman beras antarpulau.

Contoh, pengiriman beras dari Pulau Jawa yang tengah mengalami surplus ke Maluku Utara. Otomatis, harga beras di Maluku Utara bakal naik saat dijual.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Anggi Tondi)