Kebut Akselerasi Transisi Energi, PLN Indonesia Power Siap Implementasi RUPTL 2025-2034

Ilustrasi PLN IP. Foto: Dok istimewa

Kebut Akselerasi Transisi Energi, PLN Indonesia Power Siap Implementasi RUPTL 2025-2034

Eko Nordiansyah • 28 May 2025 16:03

Jakarta: PLN Indonesia Power (PLN IP) menegaskan komitmennya untuk menjadi aktor utama dalam percepatan transisi energi nasional. Hal ini juga selaras dengan target pemerintah untuk mencapai Net Zero Emission 2060 dan program Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang dicanangkan oleh PT PLN (Persero).

Pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034, lebih dari 76 persen atau 52,9 GW penambahan kapasitas pembangkit listrik diantaranya berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT) dan Storage. Secara rinci, Indonesia menargetkan pembangunan tenaga surya sebesar 17,1 GW, tenaga hydro sebesar 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, nuklir 0,5 GW serta alokasi khusus storage 10,3 GW.

Sebagai subholding pembangkitan PT PLN (Persero), PLN Indonesia Power mendukung penuh arah kebijakan ini melalui penguatan portofolio pembangkit hijau dan inisiatif dekarbonisasi. Direktur Utama PLN Indonesia Power Edwin Nugraha Putra menegaskan, pihaknya telah merancang langkah strategis jangka menengah hingga panjang dalam mendukung implementasi RUPTL 2025-2034.

“PLN Indonesia Power memiliki peran sentral dalam peta jalan transisi energi Indonesia. Kami siap menjadi pemain kunci dalam mengimplementasikan RUPTL 2025-2034 dengan pendekatan yang inovatif dan kolaboratif. Kami percaya, keberlanjutan adalah masa depan bisnis kelistrikan,” ujar Edwin dalam keterangan tertulis, Rabu, 28 Mei 2025.
 

Baca juga: 

Pemerintah Bidik 73% Investasi Pembangkit Listrik di RUPTL 2025-2034 dari Swasta



(Ilustrasi pembangkit listrik. Foto: Dok PLN IP)

Upaya PLN Indonesia Power dukung target RUPTL

Lebih lanjut, Edwin mengungkapkan potensi tenaga surya Indonesia yang mencapai 3.295 GW sebagai peluang besar yang akan dimanfaatkan secara optimal.

“Indonesia hanya memiliki dua musim, yang memungkinkan pemanfaatan sinar matahari sepanjang tahun untuk pembangkitan listrik berbasis PLTS. Oleh karena itu, kami mengambil langkah strategis dengan membangun industri PLTS dari hulu hingga hilir, sekaligus mempercepat transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060,” jelas Edwin.

Di sisi hulu, PLN Indonesia Power melalui perusahaan patungan PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) yang merupakan hasil kolaborasi antara PLN Indonesia Power Renewables, Trina Solar Co. Ltd, dan PT Dian Swastatika Sentosa telah membangun pabrik panel surya terintegrasi pertama di Indonesia. Pabrik ini memproduksi sel dan modul surya di satu lokasi dengan teknologi Tunnel Oxide Passivated Contact (TOPCon) yang memiliki efisiensi hingga 23,2 persen.

“Pabrik ini kami kembangkan bersama perusahaan kelas dunia untuk memenuhi permintaan energi terbarukan nasional. Teknologi N-type TOPCon yang kami gunakan telah memenuhi standar bankability AAA dari BNEF, menjadikan produk kami efisien dan andal. Ini bukti keseriusan kami membangun industri EBT dalam negeri,” tambah Edwin.

Di sisi midstream dan downstream, anak usaha PLN Indonesia Power Services menjadi ujung tombak dalam pembangunan, instalasi, dan pemeliharaan PLTS. Beberapa proyek strategis telah dilaksanakan melibatkan sektor swasta, seperti PLTS PT AIIA dan PT ADSMIN dengan kapasitas total 900 kWp.

PLN Indonesia Power juga memperkuat portofolio EBT melalui PLN Indonesia Geothermal, yang tidak hanya mengembangkan pembangkit panas bumi, tetapi juga proyek PLTS dengan total kapasitas 21,5 Megawatt Peak (MWp) di berbagai wilayah seperti TMMIN, YIMM, dan AICC.

“Selama lima tahun terakhir, PLN Indonesia Geothermal juga telah menghasilkan energi hijau sebesar 5,6 GWh, setara dengan pengurangan emisi karbon sebanyak 4.760 ton CO2e,” ujar Edwin.

Selain surya dan panas bumi, PLN Indonesia Power juga siap mengembangkan berbagai potensi energi baru terbarukan lainnya yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan sumber EBT lainnya. Hal ini sejalan dengan peran strategis perusahaan sebagai key player dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) nasional dan komitmennya untuk mempercepat transisi energi di Indonesia.

“Melalui program Hijaunesia dan Hydronesia, PLN Indonesia Power juga membuka peluang kolaborasi dengan investor nasional dan global untuk mempercepat pembangunan pembangkit berbasis surya dan hidro di seluruh Indonesia,” ungkap dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)