Hamas Tunda Pembebasan Sandera Israel, Trump Lontarkan Ancaman

Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Foto: Anadolu

Hamas Tunda Pembebasan Sandera Israel, Trump Lontarkan Ancaman

Fajar Nugraha • 11 February 2025 10:14

Washington: Hamas mengumumkan pada Senin 10 Februari 2025 bahwa pembebasan sandera Israel akan ditunda ‘hingga pemberitahuan lebih lanjut,’ dengan alasan bahwa Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata.

Seharusnya, kelompok tersebut membebaskan tiga sandera Israel pada Sabtu 8 Februari 2025, sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tahanan setelah serangan 7 Oktober 2023. Namun, keputusan Hamas menunda pembebasan ini menimbulkan ketegangan baru di wilayah tersebut.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menanggapi situasi ini dengan menyatakan bahwa keputusan akhir ada di tangan Israel, tetapi ia menegaskan bahwa jika seluruh sandera tidak dibebaskan pada Sabtu siang, maka gencatan senjata harus segera diakhiri.

"Biarkan neraka pecah," ujar Trump, seperti dilansir dari LBC, Selasa 11 Februari 2025.

Sementara itu, sayap militer Hamas, Brigade Qassam, dalam pernyataan resminya menuduh Israel telah melanggar perjanjian gencatan senjata dalam beberapa pekan terakhir. Hamas menyebut bahwa pelanggaran tersebut termasuk "menunda kepulangan warga yang mengungsi ke Gaza Utara serta menargetkan mereka dengan tembakan dan serangan udara."

Sebagai tanggapan, Israel menyatakan bahwa keputusan Hamas merupakan "pelanggaran total" terhadap perjanjian yang telah disepakati dan menginstruksikan pasukannya untuk meningkatkan kesiagaan di Gaza.

"Pengumuman Hamas untuk menghentikan pembebasan sandera merupakan pelanggaran total terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan," ujar Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.

"Saya telah menginstruksikan Pasukan Israel (IDF) untuk bersiaga dalam tingkat kewaspadaan tertinggi menghadapi segala kemungkinan skenario di Gaza dan untuk melindungi komunitas kami. Kami tidak akan membiarkan situasi seperti 7 Oktober terulang kembali," tambah Katz.

Akhir pekan lalu, Hamas membebaskan delapan sandera, yang terdiri dari tiga warga Israel dan lima warga Thailand. Para sandera tersebut terlihat dalam kondisi lemah saat diserahkan kepada mediator, sementara Hamas menampilkan mereka di hadapan anggota bersenjata sebelum pembebasan.

Salah satu sandera, Eli Sharabi (52), bahkan diwawancarai di atas panggung oleh anggota Hamas bersenjata sebelum dibebaskan. Dalam jawabannya, yang tampak diberikan di bawah tekanan, ia mengkritik pemerintah Israel, serupa dengan pernyataan dua sandera lainnya.

Kesepakatan pertukaran sandera ini memungkinkan ratusan tahanan Palestina dibebaskan oleh Israel, serta memberlakukan gencatan senjata sementara dalam konflik Gaza. Kesepakatan ini dimulai pada 19 Januari dan masih dalam tahap pertama selama 42 hari, meskipun masih terdapat ketidakpastian mengenai perpanjangannya.

Saat ini, delegasi Israel tengah berada di Qatar untuk merundingkan tahap kedua kesepakatan, yang mencakup pembebasan lebih banyak sandera dan tahanan.

Di sisi lain, Presiden Trump kembali menegaskan rencananya yang kontroversial untuk menjadikan Gaza sebagai wilayah AS, membangun kembali daerah tersebut, serta merelokasi warga Palestina ke tempat lain. Rencana ini sebelumnya telah memicu kecaman luas dari komunitas internasional dan dunia Arab.

(Muhammad Reyhansyah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)