Diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa

Ruang Literasi Kaliurang menggelar diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa pada 28 Juni 2025. Dok. Istimewa

Diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa

Achmad Zulfikar Fazli • 29 June 2025 13:27

Jakarta: Pemikiran Presiden pertama RI, Soekarno, tentang perempuan sudah tergolong maju pada zamannya. Bukunya berjudul Sarinah tergolong buku pertama di Asia tentang emansipasi perempuan yang ditulis seorang kepala negara.

Soekarno meramu pemikirannya tentang perempuan dengan landasan nasionalisme anti-kolonial, feminisme dengan dimensi praktik revolusioner. Sayangnya, kemajuan gagasan tersebut urung menguat karena pergantian kekuasaan oleh Soeharto. Dia melakukan transformasi gerakan perempuan dari agen perubahan menjadi ‘mitra pembangunan’ yang apolitis.

Untuk menghidupkan kembali pemikiran Soekarno tentang perempuan, Ruang Literasi Kaliurang menggelar diskusi Sarinah, Narasi Perempuan dalam Pembangunan Bangsa pada 28 Juni 2025. Dua pembicara dihadirkan dalam diskusi tersebut, Fanda Puspitasari (DPP GMNI) dan Sri Wiyanti Eddyono (Dosen Fakultas Hukum UGM), dimoderatori Wasingatu Zakiyah.

Diskusi tentang Sarinah ini bagian dari rangkaian kegiatan Satu Pekan Bersama Bung Besar yang diselenggarakan Ruang Literasi Kaliurang bersama MPR, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yayasan Bumi Pancasila, dan Yayasan Bung Karno.

Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP, Prakoso, menyampaikan kegiatan ini bukan seremonial semata, namun bagian dari gerakan literasi, yaitu merawat, menjaga, dan melakukan keteladanan pemikiran para pendiri bangsa.
 

Baca Juga: 

Warga Jakarta Diajak Tanamkan Ajaran Bung Karno Sejak Dini


Sementara itu, Kepala BPIP Yudian Wahyudi, menyampaikan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia adalah peristiwa unik, karena peristiwa tersebut membebaskan dan menyatukan kembali minimal 57 negara/kerajaan yang ada di wilayah Indonesia. Selain itu, proklamator kemerdekaan Indonesia adalah orang-orang sipil, padahal waktu itu Indonesia sedang berada dalam situasi Perang Dunia Kedua.

"Hal tersebut menunjukkan Indonesia adalah negara besar, karena itu mendalami pemikiran para tokoh pendiri bangsa merupakan hal penting untuk terus dilakukan," ujar Yudian, dalam keterangannya, dilansir pada Minggu, 29 Juni 2025.

Dalam diskusi, Dosen Fakultas Hukum UGM Sri Wiyanti, mengatakan pemikiran Bung Karno tentang perempuan adalah sebuah gagasan yang maju dan luar biasa, namun semua pihak juga harus objektif, dalam praktiknya ada hal-hal problematis yang dilakukan Bung Karno terkait perempuan.

Perwakilan dari DPP GMNI Fanda Puspitasari menyampaikan Sarinah adalah sosok yang sangat memengaruhi kehidupan Soekarno. Sosok ini disejajarkan tokoh dunia, seperti Mahatma Gandhi, padahal dia adalah sosok kelas bawah yang bekerja sebagai pengasuhnya. Bagi Soekarno, Sarinah ini yang mengajarinya tentang kemanusiaan. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Achmad Zulfikar Fazli)