Basarnas evakuasi satu jenazah dari reruntuhan bangunan musala Ponpes Al Khoziny. Dokumentasi/ Basarnas Surabaya
Amaluddin • 7 October 2025 12:28
Surabaya: Keluarga korban tragedi musala ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, mendesak kepolisian untuk mengusut tuntas penyebab runtuhnya bangunan tersebut. Salah satu wali santri, Hamida Soetadji, menilai ada unsur kelalaian dan kesalahan dalam pembangunan yang menyebabkan musibah itu terjadi.
Hamida yang merupakan warga Sedati, Sidoarjo, mengaku cucu keponakannya, Mochamad Muhfi Alfian, 16, hingga kini belum ditemukan ataupun teridentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur. Muhfi merupakan santri kelas 1 SMA yang menimba ilmu di Ponpes Al Khoziny.
"Sampai hari kesembilan, kami belum mendapat kabar pasti apakah Muhfi sudah ditemukan atau belum. Namanya juga belum masuk dalam daftar hasil identifikasi,” kata Hamida -akrab disapa Mimied-, Selasa, 7 Oktober 2025.
Hamida Soetadji, wali santri Ponpes Al Khoziny. (metrotvnews.com/Amal)
Mimied menuding ada kelalaian serius dalam pengerjaan bangunan musala yang ambruk. Ia menyebut pada saat kejadian, lantai atas bangunan masih dalam proses pengecoran, namun area bawah sudah digunakan untuk aktivitas salat.
"Itu keliru besar. Masih pengecoran, tapi di bawah sudah dipakai salat. Ini bukan bencana alam, tapi bencana kelalaian,” kata Mimied.
Keluarga korban pun menuntut agar aparat penegak hukum, khususnya Polda Jawa Timur, melakukan penyelidikan menyeluruh untuk memastikan adanya unsur pidana dalam peristiwa ini.
"Kami mendesak polisi untuk memeriksa semua pihak yang terlibat dalam pembangunan musala itu. Harus ada yang bertanggung jawab, karena ini jelas bukan ambruk alami,” jelas Mimied.