Ilustrasi. Foto: Freepik.
London: Pasar tenaga kerja
Inggris mengalami perlambatan signifikan dengan tingkat pengangguran mencapai 4,7 persen pada kuartal kedua 2025, angka tertinggi sejak 2021. Data resmi Badan Statistik Nasional (ONS) menunjukkan penurunan lowongan pekerjaan sebesar 5,8 persen menjadi 718 ribu posisi, dengan sektor seni, hiburan, dan rekreasi mengalami penurunan paling tajam sebesar 17,6 persen.
Penurunan aktivitas perekrutan terlihat jelas dengan berkurangnya 149 ribu karyawan dalam daftar gaji perusahaan dibandingkan tahun sebelumnya.
Sektor ritel dan perhotelan menjadi yang paling terdampak, diikuti industri otomotif yang terpukul oleh kenaikan tarif Amerika Serikat (AS) sebesar 10 persen untuk ekspor kendaraan, memaksa perusahaan seperti Jaguar Land Rover melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 500 karyawan.
Ekonom menyoroti kombinasi faktor internal dan eksternal yang memicu kondisi ini. Pertumbuhan upah yang stabil di angka lima persen justru menjadi beban bagi bisnis di tengah kenaikan biaya operasional, sementara ketidakpastian kebijakan moneter Bank of England menambah tekanan.
"Pasar tenaga kerja yang sempat panas pasca-pandemi kini benar-benar mendingin. Kami telah kehilangan 165 ribu pekerjaan bergaji dalam delapan bulan terakhir," jelas Hannah Slaughter dari Resolution Foundation, dikutip dari
Xinhua, Rabu, 13 Agustus 2025.
(Ilustrasi. Foto: Medcom.id)
Tingkat pengangguran akan tetap tinggi hingga akhir 2025
Dampak kebijakan proteksionis AS semakin memperparah situasi. Profesor ekonomi Universitas Birmingham David Bailey menekankan, meskipun kesepakatan perdagangan AS-Inggris telah tercapai, kenaikan tarif untuk barang-barang tertentu tetap berdampak signifikan pada margin ekspor dan keputusan perekrutan perusahaan.
Bank of England diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk menekan inflasi yang masih bertahan di atas target, sebuah kebijakan yang dikhawatirkan akan semakin membebani pasar tenaga kerja.
Dengan berbagai tekanan ini, para analis memproyeksikan kondisi
pengangguran di Inggris akan tetap berada di level tinggi hingga akhir tahun. (
Muhammad Adyatma Damardjati)