Dirjen Risbang Kemendiktisaintek, Fauzan Adziman. Foto: Kemendiktisaintek
Jakarta: Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) menyalurkan dukungan pendanaan sebesar Rp30 miliar untuk mendukung Program Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat) yang tersebar di 24 provinsi. Pendanaan ini dialokasikan guna mendorong aktivitas kolaboratif perguruan tinggi bersama masyarakat.
Komitmen ini diwujudkan dengan Penandatanganan Kontrak Program Kosabangsa Tahun Anggaran 2025. Terdapat total 118 proposal yang didanai melibatkan 118 tim pelaksana dari 75 perguruan tinggi pelaksana dan 46 perguruan tinggi pendamping, serta tersebar di 63 kabupaten/kota.
Cakupan luas ini menunjukkan kehadiran nyata perguruan tinggi di berbagai pelosok Tanah Air sekaligus menegaskan komitmen Kemdiktisaintek dalam menjangkau wilayah dengan tantangan pembangunan paling mendesak.
Apa Itu Program Kosabangsa?
Program Kosabangsa adalah implementasi Tridarma Perguruan Tinggi yang dikembangkan dalam semangat Diktisaintek Berdampak. Program ini menjadi ekosistem kolaboratif yang menjembatani teknologi dan inovasi kampus dengan kebutuhan masyarakat, khususnya di wilayah tertinggal, daerah kemiskinan ekstrem, dan kawasan rawan bencana.
Dengan semangat gotong royong akademik, Kosabangsa mempertemukan perguruan tinggi lintas klaster, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat sebagai subjek aktif dalam mendorong transformasi sosial berbasis pengetahuan.
Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Kemdiktisaintek, Fauzan Adziman, menjelaskan, Program Kosabangsa dirancang tidak hanya untuk menghasilkan produk riset, tetapi juga menciptakan layanan dan solusi berkelanjutan bagi masyarakat.
“Kunci dari Kosabangsa adalah kolaborasi antara universitas. Ada universitas yang membawa program ini lebih jauh secara teknologi, dan ada universitas yang memastikan hasilnya berkelanjutan secara waktu. Jadi, kita ingin ada keberlanjutan (sustainability) sekaligus ekspansi. Universitas yang mendampingi dan didampingi berjalan bersama,” ujar Fauzan.
Fauzan juga menekankan, fokus Program Kosabangsa adalah penyampaian inovasi teknologi kepada masyarakat serta memastikan adanya dampak nyata yang mendorong perubahan positif, khususnya di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Salah satu contoh implementasi adalah Program Konsorsium Perguruan Tinggi (KPT) untuk penurunan risiko stunting di bawah koordinasi Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang. Program ini menyasar berbagai aspek, mulai dari pangan, kesehatan, budaya, hingga keberlanjutan lingkungan.
“Pendekatan yang dilakukan bukan lagi parsial, melainkan terintegrasi. Ini yang akan kita dorong di berbagai daerah,” tambah Fauzan.
Senada dengan itu, Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemdiktisaintek, I Ketut Adnyana, menyebutkan, salah satu fokus utama Kosabangsa adalah penanggulangan stunting dan kemiskinan ekstrem. Dua isu prioritas nasional tersebut erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan di berbagai daerah.
“Harapan kami, dalam satu dua tahun ke depan, program ini bisa berjalan mandiri. Perguruan tinggi harus menjadi motor penggerak inovasi daerah,” tegas Ketut Adnyana.
Pelaksanaan Program Kosabangsa difokuskan pada wilayah tertinggal, prioritas kemiskinan ekstrem, serta daerah rawan bencana. Kabupaten/kota mitra sasaran meliputi hingga kawasan kepulauan, seperti Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, dan Kabupaten Raja Ampat. Selain itu, terdapat intervensi strategis di wilayah prioritas Nusa Tenggara Timur (NTT) melalui KPT yang melibatkan sejumlah kampus untuk menurunkan risiko stunting sekaligus mengentaskan kemiskinan.
Bidang fokus Program Kosabangsa mencakup ekonomi kreatif, ekonomi hijau, ekonomi biru, energi, kesehatan, dan swasembada pangan. Pada kesempatan tersebut, kontrak Program Kosabangsa secara simbolis ditandatangani antara lain oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Lambung Mangkurat, Kepala LLDikti Wilayah XV, dan Ketua LPPM Universitas Timor, dengan disaksikan langsung oleh Dirjen Risbang serta Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemdiktisaintek.