Ekonomi Jepang. Foto: Unsplash.
Tokyo: Kenaikan harga di Jepang dan suku bunga yang lebih tinggi dapat menguntungkan profil kredit negara tersebut dengan meningkatkan utang. Serta meningkatkan produktivitas meskipun ada tekanan yang lebih tinggi pada keuangan publik.
“Suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi lebih positif daripada yang diperkirakan orang,” kata Direktur Fitch Krisjanis Krustins, dilansir
Channel News Asia, Rabu, 10 Juli 2024.
Inflasi yang lebih tinggi membantu menurunkan nilai utang dan menekan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun, hal ini juga dapat mendorong peralihan pekerjaan karena pekerja mencari upah yang lebih tinggi dan mendorong perusahaan untuk lebih memikirkan efisiensi jangka panjang.
“Tidak jelas sejauh mana hal ini akan terjadi, namun ini adalah salah satu efek samping yang berpotensi memiliki dampak positif yang cukup besar terhadap Jepang.”
Fitch telah menetapkan peringkat kredit Jepang pada A, lima tingkat di bawah peringkat teratas AAA, dengan prospek stabil.
Dengan membaiknya rasio utang terhadap PDB dalam beberapa tahun terakhir, penurunan rasio yang terus-menerus dapat menyebabkan kenaikan peringkat.
"Tidak ada ambang batas tertentu, ini lebih pada tren. Tapi itu jelas bukan sesuatu yang mustahil,” imbuhnya.
Namun, dia menekankan memperbaiki keuangan publik yang compang-camping masih menjadi tantangan di Jepang, karena pemerintah belum menguraikan konsolidasi fiskal yang signifikan atau langkah-langkah pendapatan tambahan untuk mendanai pengeluaran seperti pertahanan dan pengasuhan anak.
Pemerintah telah menjanjikan surplus anggaran primer pada tahun fiskal berikutnya, sebuah target yang dianggap optimis oleh banyak analis.
Saldo anggaran primer, yang tidak termasuk penjualan obligasi baru dan biaya pembayaran utang, menunjukkan sejauh mana langkah-langkah kebijakan dapat dibiayai tanpa menerbitkan utang.
Utang publik Jepang mencapai lebih dari dua kali lipat ekonomi Jepang dan sejauh ini merupakan yang terbesar di antara negara-negara industri.
Krustins mengatakan Fitch tidak memperkirakan Jepang akan memenuhi target penyeimbangan anggaran utama tahun fiskal 2025, namun menambahkan pihaknya tidak pernah terlalu khawatir mengenai target tersebut.
Bulan lalu, analis Moody's Jepang mengatakan kepada Reuters kegagalan memenuhi target tidak akan memicu tindakan pemeringkatan negatif karena tujuan tersebut masih berupa komitmen terhadap reformasi fiskal.