Surplus Neraca Berjalan Jepang Tumbuh

Jepang. Foto: Unsplash.

Surplus Neraca Berjalan Jepang Tumbuh

Arif Wicaksono • 8 July 2024 12:02

Tokyo: Surplus neraca berjalan Jepang tumbuh selama 15 bulan berturut-turut pada Mei. Surplus pendapatan primer yang memecahkan rekor lebih dari sekadar mengimbangi defisit perdagangan.
 

baca juga: 

BOJ Soroti Kenaikan Upah Sebelum Tentukan Suku Bunga


Kementerian Keuangan Jepang menuturkan ini mencerminkan pergeseran sumber pendapatan negara yang sedang berlangsung. Neraca berjalan tumbuh menjadi 2,85 triliun yen atau USD17,74 miliar pada Mei, dibandingkan dengan perkiraan median dari para ekonom untuk surplus sebesar 2,45 triliun yen dan surplus bulan sebelumnya sebesar 2,05 triliun yen.

"Pengembalian dari investasi sekuritas di luar negeri, termasuk pembayaran bunga karena suku bunga jangka panjang yang tinggi dan dividen, didorong oleh yen yang lemah," kata seorang pejabat kementerian Jepang, dilansir Channel News Asia, Senin, 8 Juli 2024.

Berdasarkan kategori, neraca perdagangan berubah menjadi defisit sebesar 1,1 triliun yen, kekurangan bulan kedua berturut-turut, dengan ekspor mencatat 8,13 triliun yen, naik 12,1 persen dari tahun sebelumnya, dan impor naik 9,3 persen dari Mei tahun lalu.

Hal ini membuat neraca berjalan surplus sebesar 2,85 triliun yen. Surplus neraca berjalan negara tersebut pernah dianggap sebagai tanda kekuatan ekspor dan sumber kepercayaan terhadap yen sebagai aset safe haven.

Namun, neraca berjalan terkadang mengalami defisit setiap bulan dalam beberapa tahun terakhir, sementara keuntungan pendapatan primer telah menggantikan ekspor sebagai pendorong utama peningkatan surplus neraca berjalan.

Surplus pendapatan primer terbesar dari 1985

Surplus pendapatan primer, yang mencakup pembayaran bunga dan dividen dari investasi masa lalu di luar negeri, mencapai 4,2 triliun yen, yang terbesar sejak data pembanding tersedia pada tahun 1985.

Untuk fiskal 2023 yang berakhir pada bulan Maret tahun ini, neraca berjalan Jepang, yang mengukur transaksi barang dan jasa dengan pihak luar negeri, mengalami surplus sebesar 25 triliun yen.

Namun, beberapa analis memperkirakan surplus neraca berjalan negara tersebut mungkin mengalami tren penurunan dalam jangka menengah hingga panjang jika defisit dalam perdagangan barang dan jasa terus berlanjut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)