Anggota Kongres New York Elise Stefanik ditunjuk sebagai Dubes AS untuk PBB. Foto: New York Post
Fajar Nugraha • 12 November 2024 07:46
Washington: Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah membuat dua penunjukan penting lagi menjelang kembalinya ke Gedung Putih pada Januari.
Tom Homan, 62, akan menjabat sebagai ‘Raja Perbatasan’ Trump, setelah sebelumnya menjabat sebagai penjabat direktur Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE).
Sementara Anggota Kongres New York Elise Stefanik, 40, juga telah diangkat menjadi duta besar untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Stefanik, sekutu utama Trump yang sekarang menjalani masa jabatan kelimanya, telah menjadi pembela setia Israel dan akan menuju PBB saat perang di Gaza dan Lebanon mendominasi diplomasi.
Israel menyambut baik penunjukan tersebut pada hari Senin.
"Pada saat kebencian dan kebohongan memenuhi aula PBB, kejelasan moral Anda yang tak tergoyahkan dibutuhkan lebih dari sebelumnya," tulis duta besar PBB Danny Danon di X, mendoakannya "berhasil dalam berdiri teguh untuk kebenaran dan keadilan."
Sementara itu, Partai Republik Trump semakin dekat untuk mengendalikan penuh Kongres AS. Mereka sudah memiliki mayoritas di Senat dan hanya perlu memenangkan beberapa kursi untuk menguasai DPR.
Sebuah partai membutuhkan 218 kursi untuk menguasai mayoritas DPR. Partai Republik memiliki 215 kursi, sedangkan pesaingnya Demokrat memiliki 210 kursi, menurut CBS.
Pengendalian DPR memberi partai kekuasaan untuk memulai undang-undang pengeluaran dan memulai proses pemakzulan terhadap pejabat.
Mayoritas di DPR, majelis rendah Kongres, bersama Senat, majelis tinggi, akan memberi Trump peluang lebih besar untuk mendapatkan persetujuan atas rencananya daripada jika Demokrat menguasai satu atau keduanya.
Taipan Republik berusia 78 tahun itu mengatakan, selain Homan, dirinya juga menunjuk Stephen Miller, kritikus keras imigrasi ilegal lainnya yang bertugas di pemerintahan pertama Trump, sebagai wakil kepala staf.
Membatasi imigrasi ilegal menjadi salah satu janji utama kampanye Trump saat ia berjanji untuk meluncurkan operasi deportasi migran tidak berdokumen terbesar dalam sejarah AS yang dimulai pada hari pertama.