Ketua Koorp Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Wulan Sari. Istimewa
Arga Sumantri • 20 November 2024 21:25
Jakarta: Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November dinilai bisa jadi momentum menciptakan ruang aman yang inklusif dan bebas dari kekerasan bagi perempuan dan anak. Khususnya, di ruang publik seperti sekretariat organisasi, kampus, kantor pemerintahan, serta perusahaan swasta.
"Ruang aman bukan sekadar pilihan, tetapi kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap institusi. Ini adalah hak dasar yang harus diperoleh setiap perempuan dan anak tanpa pengecualian," kata Ketua Koorp Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Wulan Sari dalam keterangannya, Rabu, 20 November 2024.
Ia menilai ruang aman menjadi kebutuhan mendesak mengingat tingginya angka kekerasan berbasis gender yang terjdi di ruang publik. Data Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat lebih 289 ribu laporan kasus kekerasan sepanjang 2023. Sebagian besar kasusnya terjadi di ruang-ruang publik yang seharusnya aman, seperti kantor dan kampus.
"Jika kita ingin menciptakan masa depan yang lebih baik, maka kita harus mulai dari ruang-ruang yang kita tinggali dan beraktivitas setiap hari," ungkapnya.
Wulan mengatakan Kopri berkomitmen ruang aman dan pembelaan terhadap hak-hak perempuan yag dimulai dari sekretariat organisasi. Wulan mengatakan sekretariat organisasi Kopri tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga menjadi ruang yang aman bagi perempuan dan anak.
"Tidak ada lagi ruang untuk budaya kekerasan, pelecehan, atau marginalisasi. Kita harus menciptakan lingkungan yang tidak hanya aman secara fisik, tetapi juga secara emosional dan psikologis," ujarnya.
Baca juga: Kementerian PPPA Catat 7.167 Kasus Kekerasan Seksual dalam 8 Bulan |