Gegara Permintaan Domestik Melemah, PMI Manufaktur RI Terpeleset

Ilustrasi industri manufaktur. Foto: Medcom.id.

Gegara Permintaan Domestik Melemah, PMI Manufaktur RI Terpeleset

Naufal Zuhdi • 2 August 2024 16:33

Jakarta: Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia untuk Juli 2024 tercatat yaitu sebesar 49,3. Angka tersebut diketahui menurun dibandingkan Juni 2024 yang berada pada angka 50,7.
 
Merespons hal tersebut, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CoRE) Mohammad Faisal mengatakan hal tersebut terjadi karena permintaan domestik yang melemah.
 
"Kontraksi di sektor manufaktur kita tidak sendirian, banyak negara lain merasakan hal yang sama. Dengan pelemahan demand domestik mereka telah berpengaruh terhadap PMI manufaktur termasuk sesama negara ASEAN," kata Faisal saat dihubungi pada Jumat, 2 Agustus 2024.
 
Lebih lanjut, Faisal menyebut pada bulan berikutnya PMI manufaktur Indonesia akan kembali kontraksi. Namun di sisi lain ada kemungkinan sampai menjelang akhir tahun ketika permintaan domestik yang diprediksi baru mulai naik. "Ini bisa masuk kembali ke zona ekspansif (PMI manufaktur," imbuhnya.
 
Pelemahan PMI manufaktur, sambung dia, harus diwaspadai dari banyak sisi, terutama dari bagaimana beban biaya produksi manufaktur sampai kepada pasar.
 
"Jadi menurut saya yang tidak kalah penting pendekatan untuk memperbaiki kinerja manufaktur dan kinerja ekonomi secara keseluruhan yang masalahnya sekarang adalah demand domestik terutama di kelas menengah. Kalau demand-nya diperbaiki dari sisi daya belinya akan mempengaruhi juga ke industri manufakturnya," terang Faisal.
 

Baca juga: Aktivitas Manufaktur Asia Berpotensi Menurun hingga Akhir Tahun
 

Beri insentif untuk biaya produksi manufaktur

 
Selain itu, pemerintah dinilai juga perlu memberikan insentif terhadap biaya produksi sektor manufaktur, baik itu insentif dalam bentuk yang kaitannya dengan membantu biaya energi atau paling tidak jangan membuat kebijakan yang justru malah meningkatkan atau menaikkan biaya produksi.
 
"Karena pasti itu akan semakin memperlemah lagi, menambah lagi tekanan yang sudah dihadapi oleh industri pada saat sekarang terutama industri yang paling rentan, termasuk industri padat karya," jelas Faisal.
 
Melihat kondisi PMI manufaktur yang melemah, Faisal menjelaskan relatif dari kuartal I tahun ini fenomena gejala PHK terlihat dari permintaan domestik yang melemah pascapemilu dan Lebaran walaupun di kuartal II sektor tertentu di industri manufaktur masih ekspansif.
 
"Tapi ekspansifnya dari tren mengalami pelemahan, dan melihat kondisi itu kalau memang demand-nya mengalami pelemahan biasanya order juga akan berkurang. Dan ini akan mempengaruhi kinerja manufaktur PMI-nya akan rendah dan suatu saat akan masuk kontraksi dan itu terjadi," tutup Faisal.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)