Ekspor. Foto: Medcom.id.
Jakarta: Wakil Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Jahen Fachrul Rezki mengatakan volume ekspor Indonesia yang menurun bisa disebabkan dari beberapa faktor.
Pertama dari sisi harga komoditas yang turun. Dia menyebutkan harga minyak dunia dan juga minyak kelapa sawit, serta batu bara kerap turun.
"Ini yang menyebabkan total nilai ekspor Indonesia turun," kata Jahen dikutip dari
Media Indonesia, Minggu, 17 Maret 2024.
Ketiga komoditas tersebut menjadi kontributor utama ekspor Indonesia selama ini.Kedua adalah ekonomi Tiongkok yang melemah.
Diperkirakan produk domestik bruto (PDB) Tiongkok pada kuartal I 2024 akan di bawah 5 persen.Pelemahan ekonomi Tiongkok, yang merupakan mitra dagang terbesar Indonesia tentu berdampak terhadap kinerja ekspor.
Ketiga, secara global ekonomi dunia juga melemah. Jepang, Jerman, dan Inggris secara teknikal mengalami resesi.
"Kita mungkin akan mengantisipasi penurunan permintaan global dan dampaknya akan cukup persist jika melihat tren dari data. Hanya India dan Vietnam yg perekonomiannya diproyeksikan tumbuh tinggi dibandingkan Indonesia," kata Jahen.
Indonesia perlu jajaki alternatif dagang
Indonesia tentu perlu mencoba mencari alternatif dagang dengan negara-negara yang masih tinggi tingkat permintaannya.
Sedangkan, isu geopolitik sepertinya akan terus membayangi dunia. S&P bahkan memproyeksikan tensinya akan terus meningkat dan berdampak buruk terhadap ekonomi global.Ini juga mungkin ditambah dengan tahun 2024 sebagai tahun politik di banyak negara.
"Negara-negara besar melakukan pemilu dan sebagian besar memilih untuk menjalankan program-program populis," kata Jahen.