Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Husen Miftahudin • 26 February 2024 09:59
Jakarta: Inflasi akan menjadi sorotan selain musim laporan keuangan yang akan berakhir dan harga minyak yang tampaknya akan tetap bergejolak. Berikut isu-isu yang menjadi perhatian utama para pelaku pasar keuangan di minggu ini.
1. Inflasi AS
Prospek inflasi akan kembali menjadi sorotan minggu ini dengan dirilisnya data harga personal consumption expenditures (PCE) Januari pada Kamis mendatang.
Rilis data ekonomi baru-baru ini, termasuk laporan tentang harga konsumen, harga produsen, dan ketenagakerjaan telah mengindikasikan ekonomi Amerika Serikat (AS) tetap kuat meskipun ada periode kenaikan suku bunga yang berkepanjangan.
Hal ini telah mendorong harapan investor untuk menunda penurunan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini.
Para ekonom memperkirakan kenaikan 0,3 persen untuk Januari setelah 0,2 persen di bulan sebelumnya. Angka yang lebih tinggi dari perkiraan dapat mendorong the Fed untuk menunda penurunan suku bunga lebih lanjut.
Kalender ekonomi juga menampilkan data durable goods orders, PMI manufaktur ISM, angka penjualan rumah baru dan yang tertunda bersama dengan laporan kepercayaan konsumen dari Conference Board dan Universitas Michigan.
2. Pendapatan ritel
Musim laporan keuangan telah berakhir, namun sejumlah peritel besar akan melaporkan pendapatannya di minggu ini, yang memberikan wawasan penting bagi para investor mengenai kesehatan belanja konsumen.
Hasil dari Lowe's (NYSE:LOW), Macy's Inc (NYSE:M), TJX (NYSE:TJX), dan Best Buy (NYSE:BBY) akan dirilis saat pasar mengalihkan fokusnya dari laporan keuangan ke prospek kebijakan moneter.
Jack Ablin, kepala investasi di Cresset Capital, adalah salah satu investor yang melihat keuntungan jika ekonomi terus berjalan di garis yang baik menuju apa yang disebut 'soft landing', dan Fed mampu mendinginkan inflasi tanpa mengganggu pertumbuhan.
"Jika kita bisa mendapatkan pertumbuhan yang melambat, inflasi yang melambat, menciptakan sebuah lingkungan di mana the Fed bisa mulai menurunkan suku bunga. Hal ini akan membantu saham," katanya.
3. Inflasi zona Euro
Zona Euro akan merilis data inflasi yang akan sangat diawasi pada Jumat, 1 Maret 2024, angka terakhir sebelum rapat European Central Bank pada 7 Maret.
Inflasi harga konsumen turun menjadi 2,8 persen pada Januari dari 2,9 persen pada Desember, menunjukkan tanda-tanda bergerak kembali ke target dua persen ECB setelah melonjak hingga dua digit pada 2022. Para ekonom memperkirakan data tahunan 2,5 persen untuk Februari.
ECB telah mempertahankan suku bunga pada rekor tertinggi sejak September lalu, dengan mengatakan pertumbuhan upah masih terlalu tinggi untuk mulai melonggarkan kebijakan moneter yang ketat.
Presiden Bundesbank Joachim Nagel memperingatkan pada Jumat, ECB harus menahan godaan untuk memangkas suku bunga lebih awal, terutama sebelum data upah yang krusial di kuartal kedua.
Baca juga: Minyak Dunia Terkoreksi Tipis
4. PMI Tiongkok
Pihak otoritas di Tiongkok telah meningkatkan upaya-upaya untuk menopang pemulihan ekonomi yang rapuh, dengan memberikan penurunan suku bunga hipotek terbesar yang pernah ada dan meningkatkan tekanan regulasi untuk menghidupkan kembali pasar saham yang sedang sakit.
Data PMI pada Jumat akan memberikan beberapa indikasi mengenai seberapa sukses langkah-langkah ini. Para ekonom memperkirakan data PMI resmi akan menunjukkan sektor manufaktur tetap berada di wilayah kontraksi, sementara Indeks manufaktur Caixin diperkirakan akan tetap stabil.
5. Harga minyak
Harga minyak turun hampir tiga persen lebih rendah pada Jumat dan membukukan penurunan mingguan setelah pengambil kebijakan bank sentral AS mengindikasikan penurunan suku bunga dapat ditunda setidaknya dua bulan lagi.
Untuk minggu lalu, Brent turun sekitar dua persen dan WTI turun lebih dari tiga persen. Namun, indikasi permintaan bahan bakar yang sehat dan kekhawatiran pasokan dapat menghidupkan kembali harga dalam beberapa hari mendatang.
Para pengambil kebijakan Fed harus menunda penurunan suku bunga AS setidaknya selama beberapa bulan, Gubernur Fed Christopher Waller mengatakan, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menahan permintaan minyak.
"Seluruh kompleks energi bereaksi, karena jika inflasi mulai kembali, hal ini akan memperlambat permintaan akan produk-produk energi," ucap Tim Snyder, ekonom di Matador Economics.
"Itu bukanlah sesuatu yang ingin dicerna oleh pasar saat ini, terutama karena pasar sedang mencoba untuk menentukan arah," tambah dia.