Meski Tergelincir, Dolar AS Masih Digdaya

Ilustrasi dolar AS. Foto: dok MI.

Meski Tergelincir, Dolar AS Masih Digdaya

Husen Miftahudin • 4 January 2025 10:34

New York: Dolar Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), tetapi berada di jalur untuk kinerja mingguan terkuatnya dalam sebulan karena ekspektasi ekonomi AS akan terus mengungguli negara-negara lain secara global tahun ini dan suku bunga AS akan tetap relatif lebih tinggi.

Mengutip data Yahoo Finance, Sabtu, 4 Januari 2025, indeks dolar terakhir turun 0,28 persen di 108,91, setelah mencapai titik tertinggi dua tahun di 109,54 pada perdagangan Kamis. Indeks ini berada di jalur untuk kenaikan mingguan sebesar 0,85 persen.

Pasar tenaga kerja yang masih solid dan inflasi yang sangat tinggi telah mengangkat imbal hasil Treasury dalam beberapa minggu terakhir dan meningkatkan permintaan untuk mata uang AS.

Kebijakan baru di bawah pemerintahan Donald Trump yang akan datang, termasuk deregulasi bisnis, pemotongan pajak, pembatasan imigrasi ilegal dan tarif, juga diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan menambah tekanan harga.

Meskipun dolar baru-baru ini menguat, masih ada ketidakpastian yang cukup besar mengenai kapan kebijakan akan diperkenalkan oleh Pemerintah AS yang baru, dan apa dampak akhirnya. Hal itu dapat menghentikan reli dolar dalam waktu dekat.

Dolar sempat memangkas kerugian setelah data pada Jumat menunjukkan manufaktur AS bergerak lebih dekat ke pemulihan pada Desember, dengan produksi yang meningkat dan pesanan baru meningkat lebih lanjut.
 

Baca juga: Rupiah Unjuk Gigi di Akhir Pekan
 

Dolar AS versus mata uang dunia


Euro menghadapi prospek pertumbuhan yang lebih lemah dan mungkin dirugikan oleh tarif AS, dengan Bank Sentral Eropa diperkirakan akan memangkas suku bunga lebih jauh dari Federal Reserve tahun ini.

Para pedagang memperkirakan pemotongan suku bunga sebesar 100 basis poin oleh ECB pada akhir tahun, dan hanya peluang yang kurang pasti dari pemotongan sebesar 50 basis poin oleh Fed.

Ketidakpastian termasuk pertikaian anggaran Prancis dan pemilihan umum Jerman juga membebani mata uang tunggal tersebut.


(Ilustrasi dolar AS. Foto: dok MI)

Euro terakhir naik 0,39 persen pada USD1,0305 tetapi menuju penurunan mingguan 1,22 pesen, yang terburuk sejak awal November.

Sterling naik 0,41 persen menjadi USD1,2431. Poundsterling berada di jalur untuk kehilangan sekitar 1,15 persen untuk minggu ini, yang terbesar sejak awal November.

Dolar merosot 0,26 persen menjadi 157,11 yen Jepang, bertahan tepat di bawah level tertinggi lima bulan di 158,09, yang dicapai pada Desember.

Yuan domestik Tiongkok mencapai level terlemahnya dalam lebih dari setahun di 7,3199 per dolar, karena imbal hasil yang turun dan ekspektasi penurunan suku bunga domestik terus membebani mata uang tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)