Cabai Merah. Foto: MI.
Antara • 28 May 2023 08:33
Medan: Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Sumatra Utara (UISU) Gunawan Benjamin mengatakan, optimisme petani yang terlalu besar menjadi salah satu alasan harga cabai merah di Sumatra Utara masih rendah.
"Optimisme petani terlalu berlebihan ketika menghadapi Ramadhan dan Lebaran," ujar Gunawan kepada Antara, MInggu, 28 Mei 2023.
Menurut dia, para petani memprediksi permintaan akan cabai merah tinggi saat Ramadhan dan Lebaran, sehingga mereka sudah menanam banyak komoditas hortikultura tersebut bahkan sejak akhir 2022.
Akan tetapi, yang terjadi ternyata masyarakat memilih untuk mengerem belanja saat Ramadhan dan Lebaran. Itu membuat harga bahan-bahan pangan termasuk cabai merah turun.
Permintaan cabai merah yang tidak signifikan sepanjang Ramadan dan Lebaran membuat stok melimpah.
Cabai merah yang beredar saat ini di pasar-pasar tradisional merupakan hasil panen dari yang ditanam sebelum Ramadhan.
"Hal ini juga menjadi masalah bagi petani," kata dia.
Petani, Gunawan meneruskan, tidak diuntungkan dengan situasi harga cabai merah saat ini sehingga animo mereka untuk menanam cabai merah diprediksi menurun.
Pemerintah Provinsi Sumut pun diminta untuk mencermati serius hal ini. Ditambah lagi, saat ini sudah memasuki masa pertengahan tahun yang diprediksi menjadi saat datangnya El Nino, fenomena pemicu kekeringan.
Salah satu yang bisa dilakukan, menurut dia adalah memberikan insentif kepada petani cabai merah agar mereka tetap menjaga stok.
"Jangan sampai terjadi harga cabai merah bisa sangat mahal hingga ratusan ribu rupiah per kilogram seperti beberapa tahun lalu," tutur Gunawan.