Tenda pengungsi di Gaza yang hancur diterjan hujan deras. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 17 December 2025 11:56
Gaza: Badan Pertahanan Sipil, pada Selasa, 16 Desember, mengatakan seorang warga Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka, setelah sebagian bangunan tempat tinggal runtuh di Kota Gaza akibat hujan lebat. Badan Pertahanan Sipil dalam sebuah pernyataan, mengatakan berhasil mengevakuasi jasad seorang warga Palestina dari puing-puing rumah di kamp pengungsi Shati, sementara yang terluka, diselamatkan.
Pada Selasa pagi, hujan lebat dan badai melanda Jalur Gaza di tengah sistem cuaca bertekanan rendah yang baru. Menurut koresponden Anadolu, air hujan merembes masuk ke sejumlah bagian Rumah Sakit Al-Shifa di Kota Gaza, terutama di departemen penerimaan dan gawat darurat, menyebabkan layanan terganggu.
Rumah Sakit Al-Shifa, kompleks medis terbesar di Jalur Gaza, telah terpapar banyak serangan Israel selama genosida dua tahun dan mengalami kerusakan parah. Upaya rehabilitasi Kementerian Kesehatan Gaza setelah gencatan senjata yang berlaku pada 10 Oktober gagal karena Israel mencegah masuknya peralatan yang dibutuhkan.
Saksi mata mengatakan kepada Anadolu bahwa ribuan tenda untuk para pengungsi juga terendam banjir dan diterbangkan oleh angin kencang yang melanda Jalur Gaza sejak Senin malam.
"Kami terbangun karena suara angin kencang yang menerpa tenda kami. Kami mencoba mengamankannya dan menahannya, tetapi angin mencabut tenda itu, dan semua barang-barang kami terbang terbawa angin. Saya di luar bersama istri dan anak-anak saya, duduk di tengah hujan. Tidak ada tempat untuk berteduh,” kata Khaled Abdel Aziz seperti dikutip Anadolu, Rabu, 17 Desember 2025.
Menurut kesaksian, ratusan warga Palestina berusaha berlindung dari air hujan di bawah puing-puing bangunan yang dihancurkan oleh militer Israel di Kota Gaza. Secara terpisah, juru bicara Pertahanan Sipil, Gaza Mahmoud Basal, memperingatkan bahwa ribuan rumah yang sebagian hancur selama genosida Israel berisiko runtuh kapan saja akibat hujan dan angin kencang.
“Rumah-rumah ini menimbulkan bahaya besar bagi kehidupan ratusan ribu warga Palestina yang tidak memiliki tempat berlindung. Kami telah berulang kali memperingatkan dunia, tetapi tidak ada hasilnya,” kata Basal kepada Anadolu.
Sementara itu, Wali Kota Jabalia, Mazen Al-Najjar, mengatakan kepada Anadolu bahwa depresi cuaca datang ketika para pengungsi sudah hidup dalam kondisi bencana. Lebih dari 90 persen bangunan dan jalan hancur total di Jabalia dan Jalur Gaza utara, memaksa warga Palestina tinggal di tenda-tenda usang.
Ia menambahkan bahwa infrastruktur di Gaza utara telah runtuh total akibat genosida Israel, menyebabkan jalanan banjir dan saluran pembuangan meluap dalam jam-jam pertama depresi cuaca.
Najjar juga memperingatkan warga Palestina yang tinggal di dalam bangunan berisiko runtuh akibat serangan Israel di masa lalu, menekankan bahwa bangunan yang rusak parah telah menyebabkan kematian dan cedera puluhan warga Palestina selama depresi cuaca sebelumnya.
Dalam badai musim dingin pekan lalu, setidaknya 14 orang kehilangan nyawa di Gaza. Lebih dari 53.000 tenda pengungsi sebagian atau sepenuhnya terendam banjir, tersapu air bah, atau robek oleh angin kencang, dan 13 bangunan runtuh di seluruh Gaza.
Menurut Pertahanan Sipil, hampir 250.000 keluarga saat ini tinggal di kamp-kamp pengungsian di seluruh Jalur Gaza, banyak yang menghadapi cuaca dingin dan banjir di dalam tenda-tenda rapuh.
Meskipun gencatan senjata berlaku sejak 10 Oktober, kondisi kehidupan di Gaza belum membaik, karena Israel terus memberlakukan pembatasan ketat pada masuknya truk bantuan, yang melanggar protokol kemanusiaan dalam perjanjian tersebut.
Israel telah menewaskan lebih dari 70.600 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 171.100 lainnya dalam serangan di Gaza sejak Oktober 2023, yang terus berlanjut meskipun ada gencatan senjata.
(Kelvin Yurcel)