Ilustrasi nelayan di perairan. Dokumentasi/ istimewa
Fajri Fatmawati • 12 June 2025 13:11
Banda Aceh: Keputusan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memindahkan status administratif empat pulau dari Aceh ke Sumatra Utara menuai kritik dari berbagai kalangan. Guru Besar Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Humam Hamid, memperingatkan kebijakan ini berpotensi memicu konflik jika pemerintah pusat tidak belajar dari kasus serupa di Katalonia dan Mindanao.
Humam mencontohkan konflik di Katalonia, Spanyol, di mana masyarakat merasa otonomi mereka dibatasi dan keputusan strategis diambil tanpa mempertimbangkan aspirasi lokal. Hal ini memicu resistensi berbasis identitas kolektif yang berujung pada tuntutan pemisahan diri.
"Fenomena seperti ini tidak unik terjadi di Aceh. Di Katalonia, misalnya, tuntutan pemisahan dari Spanyol tidak semata karena alasan ekonomi, tetapi karena sejarah marginalisasi dan aspirasi kultural yang diabaikan oleh pusat," kata Humam, Kamis, 12 Juni 2025.
Menurutnya, Aceh memiliki kesamaan dengan Katalonia, yakni identitas historis yang kuat, relasi timpang dengan pusat, dan kesadaran kolektif untuk mempertahankan martabat daerah. Pendekatan legalistik semata dalam pengalihan wilayah dinilai hanya akan memperdalam kecurigaan.
"Bila tidak ditangani secara sensitif, keputusan administratif bisa menjadi percikan bagi munculnya kembali narasi resistensi yang lebih luas," ujarnya.
Baca: Keputusan Kemendagri Tetapkan 4 Pulau di Aceh Singkil Milik Sumut Abaikan Fakta Sejarah |