Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Anadolu Agency)
London: Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa, 8 Juli 2025, menyerukan agar Inggris dan Prancis memperkuat kerja sama dalam menghadapi tantangan global dan mengurangi ketergantungan terhadap Amerika Serikat dan Tiongkok. Pidato ini disampaikan Macron di hadapan kedua majelis parlemen Inggris dalam kunjungan kenegaraan bersejarah ke London.
Dalam sambutannya, Macron menekankan pentingnya membangun Eropa yang lebih otonom dalam berbagai aspek, mulai dari pertahanan hingga perdagangan. Ia menyebut kerja sama erat Inggris dan Prancis sebagai kunci untuk mengatasi ketidakstabilan dunia saat ini.
“Inggris dan Prancis harus kembali menunjukkan kepada dunia bahwa aliansi kita dapat membuat perbedaan,” ujarnya. “Satu-satunya cara untuk menghadapi tantangan zaman ini adalah melangkah bersama, bahu-membahu.”
Ia memperingatkan risiko dari “ketergantungan berlebihan” pada kekuatan besar seperti AS dan Tiongkok, serta mendorong upaya “de-risking” untuk melindungi ekonomi dan masyarakat Eropa dari dampak ketergantungan ganda tersebut.
Visi Integrasi yang Lebih Luas
Melansir dari India Today, Rabu, 9 Juli 2025, Macron juga memaparkan peluang dari hubungan yang lebih erat, termasuk memfasilitasi mobilitas mahasiswa, peneliti, dan seniman antara Inggris dan Prancis. Ia menyatakan keinginan kedua negara untuk bekerja sama dalam pengembangan kecerdasan buatan dan perlindungan anak di dunia digital.
Pidato ini dianggap sebagai simbol normalisasi hubungan Inggris-Prancis pasca-Brexit, dan sejalan dengan upaya Perdana Menteri Keir Starmer untuk memperbaiki hubungan dengan mitra Eropa.
Kunjungan Macron dimulai dengan upacara kenegaraan di Windsor Castle, di mana ia disambut Raja Charles III dan anggota keluarga kerajaan. Dalam jamuan makan malam resmi, Raja Charles menyatakan era baru hubungan bilateral dengan istilah “entente amicale,” sebagai bentuk peningkatan dari “entente cordiale” yang sudah terjalin sejak 1904.
“Mari kita angkat toast untuk Prancis dan entente baru kita – bukan hanya masa lalu dan sekarang, tetapi juga masa depan – yang kini bukan hanya cordiale, tetapi amicale,” ujar Raja Charles.
Kunjungan ini juga ditandai dengan pengumuman investasi senilai £1,1 miliar atau sekitar Rp20 triliun oleh perusahaan energi nuklir Prancis EDF dalam proyek reaktor nuklir di Inggris timur.
Selain itu, disepakati pertukaran koleksi sejarah: permadani legendaris Bayeux akan dipinjamkan ke Inggris untuk pertama kalinya dalam 900 tahun, sebagai imbal balik atas pinjaman artefak Anglo-Saxon dan Viking dari Inggris ke Prancis.
Meski hubungan kedua negara membaik, isu imigrasi ilegal melalui Selat Inggris masih menjadi tantangan besar. Starmer berharap kerja sama militer Inggris-Prancis dalam mendukung Ukraina bisa membuka jalan bagi kesepakatan pengembalian pencari suaka yang sebelumnya ditolak Prancis.
Inggris mencatat jumlah kedatangan migran perahu kecil tertinggi dalam enam bulan pertama tahun ini, memberi tekanan besar bagi pemerintahan Partai Buruh yang tengah bersaing dengan partai sayap kanan Reform UK di bawah pimpinan Nigel Farage.
Meski belum ada terobosan dalam isu migrasi, pertemuan ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk memperkuat hubungan bilateral dan menghadirkan Eropa yang lebih terkoordinasi dalam menghadapi ketidakpastian geopolitik global. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Macron Kritik Barat: Tidak Boleh Ada Standar Ganda di Gaza dan Ukraina