Dokter Militer Ajukan Petisi Akhiri Perang Gaza, Israel Langsung Lakukan Pemecatan

Kehancuran di Gaza akibat genosida yang dilakukan oleh Israel. Foto: Anadolu

Dokter Militer Ajukan Petisi Akhiri Perang Gaza, Israel Langsung Lakukan Pemecatan

Fajar Nugraha • 17 April 2025 05:35

Gaza: Tentara Israel telah memulai tindakan hukuman terhadap dokter militer cadangan yang menandatangani petisi yang menuntut pemulangan sandera dari Gaza. Dokter itu juga menuntut diakhirinya perang di daerah kantung Palestina tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, para penandatangan mengatakan bahwa Korps Medis telah memulai tindakan untuk menghalangi dan mengisolasi mereka yang mendukung surat tersebut.

Pejabat senior di korps tersebut telah menghubungi dokter cadangan satu per satu untuk mendesak mereka menarik tanda tangan mereka atau dipecat.

“Setidaknya satu dokter wanita yang menandatangani petisi tersebut telah diberhentikan dari dinas di unit medis Angkatan Udara,” kata pernyataan tersebut, seperti dikutip Anadolu, Kamis 17 April 2025.

Petisi tersebut, yang ditandatangani oleh puluhan dokter cadangan Kamis lalu, mendesak pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan militer Israel untuk mengamankan pemulangan sandera dari Gaza, bahkan dengan mengorbankan gencatan senjata.

Para penandatangan mengatakan Kepala Staf Eyal Zamir menginstruksikan para komandan untuk menekankan kepada para dokter cadangan bahwa "tidak ada tempat untuk politik di dalam angkatan darat."

Seorang sumber militer yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Haaretz bahwa tujuan angkatan darat adalah untuk mengirim pesan yang jelas bahwa mereka "berdiri di atas perpecahan politik" dan bahwa para prajurit cadangan tidak dapat menggunakan status militer mereka untuk mengadvokasi diakhirinya perang di mana mereka secara aktif berpartisipasi.

Angkatan darat Israel telah memobilisasi sekitar 360.000 prajurit cadangan untuk perang genosida yang sedang berlangsung di Gaza.

Tel Aviv memperkirakan bahwa 59 sandera Israel masih berada di Gaza, 24 di antaranya diyakini masih hidup. Sementara itu, Israel menahan lebih dari 9.500 warga Palestina di penjara-penjaranya, di mana para tahanan menghadapi penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis, menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia Palestina dan Israel.

Petisi yang diajukan oleh dokter militer tersebut diikuti oleh seruan serupa dari para veteran dan prajurit cadangan aktif, warga sipil, dan mantan perwira polisi untuk mengakhiri perang, yang menurut mereka tidak menguntungkan keamanan Israel, melainkan kepentingan politik Netanyahu dan pemerintahannya.

Menurut platform independen “Restart Israel,” lebih dari 110.000 warga Israel telah menandatangani 37 petisi di situs tersebut hingga Rabu, termasuk delapan petisi yang didukung oleh sekitar 10.000 prajurit cadangan dan veteran.

Netanyahu telah mengancam akan memecat prajurit aktif yang menandatangani petisi tersebut.

Petisi tersebut menyusul gagalnya fase pertama gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran sandera-tahanan yang mulai berlaku pada 19 Januari, yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir dengan dukungan AS. Hamas mematuhi ketentuan tersebut, tetapi Netanyahu, yang menghadapi tekanan dari koalisi sayap kanannya, menolak untuk melanjutkan ke tahap kedua, dan melanjutkan operasi militer pada 18 Maret.

Lebih dari 51.000 warga Palestina telah tewas di Gaza dalam serangan brutal Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)