KJRI Guangzhou menyelenggarakan ISCBF di Shenzhen, mempertemukan 120 pengusaha dan menandatangani kerja sama senilai lebih dari Rp116 triliun. (Antara)
Willy Haryono • 22 November 2025 13:52
Beijing: Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Guangzhou menyelenggarakan "Indonesia–Southern China Business Forum" (ISCBF) di Shenzhen, Provinsi Guangdong pada Rabu lalu, menghadirkan sekitar 120 pelaku usaha dari Indonesia dan Tiongkok bagian selatan. Forum ini menjadi ajang untuk memperkuat kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara.
Pada sela-sela acara, dilakukan penandatanganan kerja sama investasi di bidang pembangkit listrik biomassa, kabel listrik bawah laut, photovoltaic, dan logistik dengan total nilai lebih dari USD7,5 miliar atau setara Rp116,25 triliun.
"Provinsi Guangdong memegang peranan penting sebagai katalisator kerja sama kedua negara di bidang perdangangan, investasi dan 'people-to-people'. China bagian Selatan juga menjadi 'powerhouse' ekonomi kedua negara di sektor yang menjadi prioritas pemerintah Indonesia termasuk energi," kata Konsul Jenderal RI di Guangzhou Ben Perkasa Drajat dalam keterangan tertulis yang diterima Antara pada Jumat, 21 November 2025.
Direktur Promosi Investasi dan Hilirisasi BKPM, Rakhmat Yulianto, menekankan bahwa transformasi ekonomi hijau menjadi fokus besar untuk mencapai visi "Indonesia Emas 2045," dengan investasi Tiongkok menjadi pendorong utama dalam hilirisasi industri dan pengembangan ekosistem energi hijau. Kawasan industri terpadu di Indonesia juga siap menampung investasi Tiongkok di sektor elektronik, otomotif, petrokimia, pengolahan makanan, logistik, teknologi energi baru, industri digital, hingga pusat data.
Sementara itu, Direktur Biro Promosi Investasi Provinsi Guangdong, Liu Dezeng, menyatakan bahwa Indonesia adalah mitra dagang dan investasi strategis, dengan nilai FDI Guangdong ke Indonesia naik 3,3 kali lipat pada 2024 dibandingkan 2023. Liu menyoroti peluang investasi di sektor energi terbarukan, kendaraan listrik, robotik, dan drone.
Diskusi panel menekankan potensi Indonesia sebagai destinasi investasi di Asia Tenggara, dengan keunggulan jumlah penduduk besar, usia produktif tinggi, ekonomi stabil, serta sumber daya alam melimpah. Dukungan juga datang dari Bank Mandiri, yang siap memfasilitasi investasi Tiongkok dari tahap awal hingga operasional, termasuk sektor mineral dan batu bara.
Perusahaan Tiongkok, GEM, yang bergerak di bidang daur ulang baterai dan material, menegaskan strategi jangka panjangnya di Indonesia, dengan fokus pada lokalisasi teknologi dan SDM, sekaligus mengembangkan teknologi hijau untuk pengolahan nikel. Tiongkok bagian Selatan juga menjadi pintu utama ekspor produk unggulan Indonesia, termasuk batu bara, kopi, sarang burung walet, makanan, dan buah tropis.
Dengan kedekatan geografis dan konektivitas udara yang kuat, lebih dari 59 penerbangan langsung per minggu antara sejumlah kota di Guangdong dan lima kota besar di Indonesia, ISCBF menjadi strategi rutin KJRI Guangzhou untuk menarik investasi tematik sesuai prioritas nasional.
Baca juga: Strategi Tiongkok Mencari Pasar, Tantangan dan Peluang Bagi Indonesia