Eks Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali ditahan pada Sabtu, 22 November 2025, setelah berusaha merusak gelang pemantau elektronik yang terpasang di kakinya. (TRT World)
Willy Haryono • 23 November 2025 09:23
Brasilia: Mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, yang berada dalam tahanan rumah sambil menunggu proses banding atas vonis percobaan kudeta, kembali ditahan setelah Mahkamah Agung menilainya sebagai sosok dengan risiko pelarian yang sangat tinggi.
Pengadilan menyatakan pada Sabtu kemarin bahwa tokoh sayap kanan tersebut, yang dijatuhi hukuman 27 tahun penjara atas upaya menggagalkan pelantikan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva pascapemilu 2022, diduga berupaya merusak gelang pemantau elektronik yang terpasang di kakinya untuk melarikan diri.
Mengutip dari TRT World, Minggu, 23 November 2025, Hakim Mahkamah Agung Brasil Alexandre de Moraes menyebut penahanan Bolsonaro sebagai langkah pencegahan selama proses banding berlangsung.
Dalam sebuah video yang dipublikasikan pengadilan, Bolsonaro mengakui bahwa ia menggunakan solder pada gelang pemantau tersebut “karena penasaran.” Video itu memperlihatkan alat pemantau dalam kondisi rusak parah dan terbakar, meski masih terpasang di kakinya.
Bolsonaro, pria berusia 70 tahun yang memimpin Brasil pada 2019–2022, ditempatkan dalam tahanan rumah sejak Agustus dan tinggal di sebuah kondominium mewah di Brasília.
Moraes menyatakan dalam putusannya bahwa rencana aksi yang digerakkan Flavio Bolsonaro, putra sulung sang mantan presiden, pada Sabtu kemarin berpotensi menimbulkan kerusuhan yang dapat “menciptakan situasi kondusif bagi upaya pelarian.” Flavio sebelumnya menyerukan kepada para pendukung ayahnya untuk “berjuang demi negara kalian.”
Menurut hakim, percobaan merusak gelang pemantau terjadi pada Sabtu dini hari, sebagai bagian dari rencana “memastikan keberhasilan pelarian yang didukung kekacauan akibat demonstrasi yang diserukan oleh putranya.” Moraes memberi waktu 24 jam kepada tim kuasa hukum Bolsonaro untuk memberikan penjelasan.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam Kepolisian Federal sekarang. Jika sesuatu terjadi pada ayah saya, jika ayah saya mati di sana, maka itu adalah salah Alexandre de Moraes,” kata Flavio dalam siaran langsung, tetap menyerukan aksi kepada para pendukung Bolsonaro.
Hakim juga menyoroti jarak yang dekat antara kediaman Bolsonaro dan Kedutaan Besar Amerika Serikat, sehingga meningkatkan risiko ia mencari suaka politik.
Bolsonaro, mantan kapten angkatan darat, dikenal sebagai sekutu Presiden AS Donald Trump. Trump sebelumnya menyebut proses hukum terhadap Bolsonaro sebagai “pemburuan penyihir,” bahkan menjatuhkan tarif dan sanksi terhadap Brasil atas kasus tersebut.
Sabtu kemarin, Trump mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Bolsonaro “tadi malam” dan akan bertemu dengannya “dalam waktu dekat.” Ketika ditanya soal penangkapan, Trump mengaku tidak mengetahui detailnya, tetapi berkata, “Itu menyedihkan.”
Selama masa kepemimpinannya, Bolsonaro kerap dipuji atas kinerja ekonomi, namun dikritik keras karena rekor deforestasi Amazon dan sikap meremehkan Covid-19 sebagai “flu kecil.”
Ia divonis pada September lalu atas tuduhan memimpin organisasi kriminal yang berupaya mempertahankan “cengkeraman otoriter atas kekuasaan.” Plot tersebut diduga mencakup rencana membunuh Presiden Lula, Wakil Presiden Geraldo Alckmin, dan Hakim Moraes.
Baca juga: Ditahan di Rumah, Mantan Presiden Brasil Dilarikan ke Rumah Sakit Akibat Cegukan