Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 24 November 2025 12:35
Johannesburg: Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung mengatakan pada Minggu, 23 November, bahwa penyatuan kembali atau reunifikasi dengan Korea Utara tetap menjadi tujuan utama dan kewajiban konstitusional Korea Selatan. Ia berjanji akan mengejar tujuan tersebut melalui jalur dialog, bukan tindakan sepihak. Pernyataan tersebut disampaikan Lee dalam KTT G20 di Johannesburg, Afrika Selatan.
"Reunifikasi tetap menjadi tujuan utama kami dan bukan hanya cita-cita, tetapi kewajiban konstitusional. Pemerintah kami, tidak akan mengejar penyatuan kembali melalui pendekatan unilateral, ujar Lee, seperti dikutip koreajoongangdaily, Senin, 24 November 2025.
Ia menambahkan bahwa pemerintah Korsel berupaya mencapai reunifikasi dengan Korut secara bertahap melalui koeksistensi damai dan pembangunan bersama, mencerminkan kehendak demokratis seluruh rakyat di Semenanjung Korea.
Sejak menjabat pada bulan Juni, Lee menyatakan niatnya untuk melanjutkan pembicaraan dengan Korea Utara, dengan menghormati sistem politik Korea Utara dan tidak mencari penyatuan melalui penyerapan. Ia menegaskan, bahwa dialog dengan Pyongyang adalah prioritas utama, mengingat saluran komunikasi antar-Korea masih terhenti.
Lee menambahkan, bahwa Seoul telah berkoordinasi dengan Trump untuk berperan sebagai mediator, seraya menawarkan dukungan diplomatik antara AS dan Korea Utara.
Selain itu, Lee juga menegaskan kembali komitmennya terhadap Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan menekankan pencegahan yang diperluas dengan Amerika Serikat, mengacu pada komitmen Washington untuk menggunakan militernya, termasuk kekuatan nuklir.
Terkait persaingan AS dengan Tiongkok yang meningkat, Lee menggarisbawahi perlunya mempertahankan hubungan yang stabil dengan Tiongkok, mitra dagang terbesar Korea Selatan. Ia juga memperingatkan terhadap perlombaan senjata yang memanas di Asia Timur Laut.
Perihal hubungan dengan Turki, Lee menyebut, Korea Selatan akan memperdalam kerja sama di industri pertahanan dan energi nuklir, guna memajukan kemitraan strategis kedua negara. Ia mencatat, kekuatan Korea Selatan dalam sistem tank, artileri, dan angkatan laut, yang dikombinasikan dengan kepemimpinan Turki dalam teknologi drone, menciptakan potensi signifikan untuk proyek pertahanan bersama.
Lee memberikan contoh program Tank Tempur Utama (MBT) Altay milik Turki yang dilengkapi mesin Korea, sebagai contoh kuat hubungan pertahanan bilateral, menyatakan harapan untuk meningkatkan kolaborasi dalam produksi bersama, kemitraan teknologi, dan pelatihan personel.
Ia juga menambahkan, diskusi sedang berlangsung mengenai partisipasi Korea dalam rencana pembangunan Pembangkit listrik Tenaga Nuklir Sinop di pantai Laut Hitam Turki, serta kerja sama pada reaktor modular kecil. (Kelvin Yurcel)
Baca juga: Korsel Minta Dukungan Tiongkok Pulihkan Dialog dengan Korea Utara