Stabilitas Harga Pangan Dinilai Menopang Fondasi Ekonomi Nasional

Ilustrasi pangan. Dok MI

Stabilitas Harga Pangan Dinilai Menopang Fondasi Ekonomi Nasional

M Rodhi Aulia • 7 May 2025 21:51

Jakarta: Stabilitas harga kebutuhan pokok dinilai menjadi bantalan penting dalam menjaga daya beli masyarakat, meskipun konsumsi rumah tangga belum menunjukkan perbaikan signifikan. 

Kinerja ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2025 mencerminkan fondasi yang tetap kokoh, meski sejumlah tantangan masih membayangi dari sisi pengeluaran dan investasi.

Pengamat Ekonomi dari Binus University, Doddy Ariefianto, menilai upaya pemerintah dalam menjaga harga bahan pokok patut diapresiasi. Namun, ia mengingatkan bahwa kestabilan harga saja tidak cukup untuk mendorong konsumsi masyarakat secara signifikan.

Baca juga: Ekosistem Rantai Dingin Sokong Ketahanan Pangan Nasional

“Menjaga stabilitas sembako perlu diapresiasi tetapi belum cukup karena elastisitas konsumsi bahan pokok itu rendah,” kata Doddy yang dikutip, Rabu, 7 Mei 2025.

Dalam catatannya, konsumsi rumah tangga yang hanya tumbuh di bawah 5 persen menjadi sinyal perlambatan daya beli. Sementara itu, investasi barang modal naik 2,1 persen, namun dinilai belum optimal. Belanja pemerintah bahkan terkoreksi sebesar minus 1,4 persen.

“Lemahnya spending rumah tangga ini perlu menjadi warning, perlu dukungan stimulus fiskal dan moneter. Pemerintah perlu speed up pengeluaran,” lanjutnya.

Menurut Doddy, kontraksi belanja pemerintah pada awal tahun sudah menjadi pola tahunan yang berkaitan erat dengan proses birokrasi anggaran yang memakan waktu. Akibatnya, stimulus fiskal baru benar-benar terasa pada paruh kedua tahun berjalan.

“Memang dari dulu setiap kuartal pertama itu pemerintah selalu negatif karena proses birokrasi, kuartal pertama baru proses pengadaan (feasibility study, pitching, dsb). Biasanya baru kenceng di kuartal 3–4,” jelasnya.

Investasi barang modal juga belum sepenuhnya pulih, meski masih berada dalam tren wajar untuk awal tahun. Ia mencatat bahwa siklus pengadaan pemerintah mempengaruhi pergerakan investasi secara keseluruhan.

“Ini juga concern; terlalu low meskipun wajar karena masih kuartal 1 (seperti cycle barang modal pemerintah; mereka fase pengadaan),” tutupnya.

Meski pertumbuhan ekonomi mencapai 4,9 persen secara tahunan pada kuartal I-2025, para pengamat menekankan pentingnya akselerasi fiskal dan moneter untuk memperkuat pondasi konsumsi dan investasi domestik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(M Rodhi Aulia)