Trump Incar Nobel Perdamaian di Tengah Peluang yang Tipis

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berambisi dapatkan Nobel Perdamaian. Foto: Anadolu

Trump Incar Nobel Perdamaian di Tengah Peluang yang Tipis

Muhammad Reyhansyah • 3 October 2025 19:01

Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump secara terbuka menyatakan ingin memenangkan Nobel Perdamaian yang akan diumumkan pada Jumat, 10 Oktober mendatang. Ia bahkan menyebut akan menjadi “penghinaan” bagi Amerika Serikat jika dirinya tidak terpilih.

Namun, para pakar di Oslo menilai peluang Trump sangat tipis. “Sungguh tidak terpikirkan,” kata sejarawan Oeivind Stenersen, penulis buku tentang Nobel, kepada AFP.

Menurutnya, “Trump dalam banyak hal justru kebalikan dari nilai-nilai yang diwakili Nobel.”

Stenersen menekankan bahwa penghargaan ini menegakkan prinsip kerja sama multilateral, misalnya lewat PBB. “Trump justru menempuh jalannya sendiri secara sepihak,” ujarnya.


Meski Trump mengklaim telah menyelesaikan enam hingga tujuh perang dalam beberapa bulan, pakar menilai pernyataan itu sangat dilebih-lebihkan. 

“Komite Nobel harus menilai apakah ada bukti nyata dari keberhasilan dalam upaya perdamaian tersebut,” kata Karim Haggag, Direktur Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).

Dikutip dari Malay Mail, Jumat, 3 Oktober 2025, tahun ini, tercatat 338 individu dan organisasi masuk nominasi Nobel Perdamaian, meski daftar resmi akan dirahasiakan selama 50 tahun.

Haggag menilai penghargaan sebaiknya diberikan kepada pihak yang bekerja senyap di lapangan. 

“Komite perlu menyoroti mediator lokal dan pembangun perdamaian yang sering terlupakan dalam berbagai konflik,” ujarnya, menyebut Sudan, Sahel, hingga Somalia, Ethiopia, dan Eritrea sebagai contoh.

Salah satunya adalah Emergency Response Rooms di Sudan, jaringan sukarelawan yang mempertaruhkan nyawa untuk menolong warga di tengah perang dan kelaparan.

Lembaga pemantau media seperti Committee to Protect Journalists dan Reporters Without Borders juga masuk perbincangan setelah meningkatnya jumlah jurnalis yang tewas, khususnya di Gaza. 

“Belum pernah sebelumnya begitu banyak jurnalis terbunuh dalam satu tahun,” kata Nina Grager, Direktur Peace Research Institute of Oslo.

Selain itu, Yulia Navalnaya, istri mendiang kritikus Kremlin Alexei Navalny, termasuk dalam daftar favorit menurut bursa taruhan. Tahun lalu, Nobel Perdamaian diberikan kepada Nihon Hidankyo, kelompok penyintas bom atom Jepang, atas upayanya melawan senjata nuklir.

Selain Nobel Perdamaian, perhatian juga tertuju pada Nobel Sastra yang akan diumumkan 9 Oktober. Penulis Swiss Christian Kracht, salah satu sastrawan berbahasa Jerman terkemuka, menjadi favorit. 

“Banyak anggota Akademi Swedia hadir di acara Kracht di Gothenburg Book Fair, biasanya itu pertanda kuat,” kata kritikus budaya Bjorn Wiman dari Dagens Nyheter.

Setelah tahun lalu penghargaan jatuh kepada penulis Korea Selatan Han Kang, Wiman memperkirakan kali ini penerima berasal dari penulis berkulit putih dengan latar Anglo-Saxon, Jerman, atau Prancis.

Sementara itu, Nobel Kedokteran akan membuka musim penghargaan pada Senin, disusul Nobel Fisika, Kimia, dan Ekonomi pada 13 Oktober. Riset tentang mekanisme kekebalan bawaan, sel punca leukemia, dan hormon pengatur nafsu makan termasuk bidang yang disebut berpeluang menang.

Para ilmuwan pemenang diperkirakan akan menggunakan momentum tersebut untuk menyoroti pemangkasan besar-besaran dana riset oleh Trump. Penghargaan Nobel sendiri terdiri dari diploma, medali emas, dan hadiah uang sekitar USD1,2 juta.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Fajar Nugraha)