Kampus UB ilus. DOK UB
Daviq Umar Al Faruq • 2 October 2025 15:31
Malang: Prestasi membanggakan kembali diraih Universitas Brawijaya (UB). Lima dosen dan penelitinya berhasil masuk dalam daftar 2 persen ilmuwan terbaik dunia versi Stanford University bekerja sama dengan Elsevier BV.
Mereka adalah Dr. Nurul Huda, Dr. dr. Nur Samsu Sp.PD., KGH., Prof. Sujarwoto, S.IP., M.Si., Ph.D., Prof. Dr. Femiana Gapsari Madhi Fitri, S.T., M.T., dan dr. Jonny Kurnia Fajar, Sp.PD..
Ketua UPT Pemeringkatan Internasional UB, Hendrix Yulis Setyawan, menjelaskan, pencapaian ini menunjukkan kualitas riset para dosen UB sudah diakui secara global. Penilaian dilakukan melalui C-score, sebuah indeks komposit yang tidak hanya melihat kuantitas publikasi, tetapi juga dampak riset, jumlah sitasi, hingga pengaruh penelitian di dunia internasional.
“Fasilitas di UB sudah memadai, mulai dari laboratorium, pendanaan, hingga kolaborasi internasional. Sekarang tergantung dosen sendiri, apakah mereka ingin berkompetisi menghasilkan riset yang berkualitas. Kalau publikasi bagus dan sitasinya tinggi, otomatis peluang masuk top 2 persen semakin besar,” ujar Hendrix, Kamis 2 Oktober 2025.
Menurut Hendrix, dukungan institusi berupa laboratorium terpadu, pendanaan riset, hingga peluang kolaborasi dengan profesor tamu dan peneliti mancanegara harus diimbangi dengan komitmen dosen dalam menjaga kualitas penelitian.
Lima dosen dan penelitinya berhasil masuk dalam daftar 2 persen ilmuwan terbaik dunia.
Lebih jauh, ia menilai pengakuan internasional ini tidak hanya menjadi kebanggaan individu, tetapi juga membawa nama baik UB di kancah global.
“Harapannya, riset-riset UB ke depan lebih banyak memberi manfaat bagi masyarakat. Kalau kualitasnya tinggi, maka impact akademiknya juga kuat dan dampak sosialnya bisa lebih dirasakan,” tambah Hendrix.
Hasil Riset
Salah satu ilmuwan yang masuk daftar, Prof. Sujarwoto, mengaku konsisten melakukan penelitian yang berangkat dari persoalan nyata di masyarakat. Selama bertahun-tahun, ia aktif menulis dan mempublikasikan kajian sosial di berbagai jurnal internasional.
“Sejak awal, saya berusaha melakukan riset yang berangkat dari masalah-masalah nyata di masyarakat. Dengan begitu, hasil penelitian tidak hanya berhenti sebagai publikasi, tetapi juga bisa memberikan kontribusi nyata,” kata Sujarwoto.
Ia menekankan, dalam dunia akademik kualitas lebih penting daripada kuantitas.
“Santai saja, yang penting berusaha membuat paper yang bagus, sehingga bisa dipakai oleh banyak orang,” ujarnya Sujarwoto.
Sujarwoto juga berpesan kepada peneliti muda di UB agar tidak takut memulai riset dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan masyarakat.
“Lakukan riset yang berangkat dari masalah nyata dan komunikasikan hasilnya dengan cara yang mudah dipahami agar bisa benar-benar dipakai banyak orang,” tutur Sujarwoto.
Dengan keberhasilan lima ilmuwan ini, UB berharap semakin banyak dosen dan peneliti muda yang termotivasi menghasilkan karya berkualitas. Universitas juga berkomitmen untuk terus memperkuat budaya akademik berbasis riset, inovasi, serta kontribusi nyata bagi masyarakat luas.