Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: Anadolu
Muhammad Reyhansyah • 14 November 2025 09:15
New York: Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis, 13 November 2025 menyampaikan keprihatinan mendalam atas laporan kekejaman massal dan pelanggaran serius hak asasi manusia di El-Fasher, Sudan. Ia juga menyoroti bahwa kekerasan terus meningkat di wilayah Kordofan.
Melalui unggahan di platform X yang dikutip Anadolu, Jumat, 14 November 2025, Guterres menyerukan penghentian segera pertempuran yang semakin sengit antara Angkatan Bersenjata Sudan dan pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF).
“Aliran senjata dan pejuang dari pihak eksternal harus dihentikan,” ujar Guterres, sembari menekankan bahwa bantuan kemanusiaan harus segera menjangkau warga sipil yang membutuhkan.
Guterres mendesak kedua pihak untuk mengambil langkah cepat dan konkret menuju penyelesaian melalui perundingan guna mencegah situasi yang semakin memburuk.
Pada 26 Oktober, RSF mengambil alih El-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara, dan diduga melakukan pembantaian, menurut laporan organisasi lokal maupun internasional. Serangan itu memicu kekhawatiran akan semakin menguatnya pemisahan wilayah di Sudan.
Setelah RSF menguasai El-Fasher, pertempuran antara kelompok pemberontak tersebut dan militer Sudan meluas ke berbagai front baru, terutama di wilayah Kordofan Tengah dan Kordofan Selatan.
Dari 18 negara bagian di Sudan, RSF kini menguasai seluruh wilayah Darfur, kecuali sebagian kecil area utara Darfur Utara yang masih berada di bawah kontrol militer. Sementara itu, angkatan bersenjata masih memegang kendali atas 13 negara bagian lainnya di selatan, utara, timur, dan wilayah tengah, termasuk ibu kota, Khartoum.
Konflik berdarah antara militer dan RSF yang meletus pada April 2023 telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan warga mengungsi dari rumah mereka.