Hamas Ingin Ubah Proposal Gencatan Senjata Gaza, AS Menentang Keras

Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff. (Anadolu Agency)

Hamas Ingin Ubah Proposal Gencatan Senjata Gaza, AS Menentang Keras

Willy Haryono • 1 June 2025 19:05

Gaza: Hamas berupaya mengubah usulan gencatan senjata terbaru dari Amerika Serikat (AS) untuk Gaza, ucap seorang pejabat senior kelompok pejuang Palestina itu kepada media The Associated Press pada Sabtu kemarin. Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menyebut keinginan Hamas tersebut sebagai sesuatu yang "sama sekali tidak dapat diterima."

Mengutip dari NPR, Minggu, 1 Juni 2025, perselisihan terbaru dalam negosiasi terjadi saat pertempuran di Gaza hampir memasuki bulan ke-20, dan saat keputusasaan meningkat di antara warga Palestina yang kelaparan dan keluarga dari sandera Israel di Gaza.

Pejabat Hamas, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas pembicaraan, mengatakan usulan perubahan difokuskan pada "jaminan AS, waktu pembebasan sandera, pengiriman bantuan, dan penarikan pasukan Israel." Tidak ada rincian lebih lanjut dari usulan ini.

Pernyataan terpisah dari Hamas mengatakan usulan tersebut bertujuan untuk gencatan senjata permanen, penarikan Israel secara menyeluruh dari Gaza, dan aliran bantuan yang terjamin.

Dikatakan bahwa 10 sandera yang masih hidup dan jenazah 18 orang lainnya akan dibebaskan "dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina yang disepakati." Sebanyak 58 sandera masih belum dibebaskan, dan Israel yakin 35 dari mereka telah tewas.

Melalui media sosial, Witkoff menggambarkan kesepakatan gencatan senjata selama 60 hari yang akan membebaskan setengah dari sandera yang masih hidup di Gaza dan memulangkan setengah dari mereka yang telah meninggal. Ia mendesak Hamas untuk menerima usulan kerangka kerja sebagai dasar pembicaraan yang katanya dapat dimulai pekan depan.

Pejabat Israel telah menyetujui usulan AS untuk gencatan senjata sementara. Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan para negosiator hampir mencapai kesepakatan.

Seorang pejabat tinggi Hamas, Bassem Naim, menuduh Israel tidak setuju dengan ketentuan yang disepakati dan menuduh "bias total terhadap pihak lain" yang menurutnya melanggar keadilan mediasi.

"Kami ingin pertumpahan darah berhenti," kata Motasim, seorang pria dari kamp pengungsi Al-Bureij di Gaza tengah, tentang pembicaraan tersebut.

"Demi Tuhan, kam sudahi lelah,” sambungnya.

Baca juga:  Israel Tegaskan Hamas Harus Terima Kesepakatan AS atau ‘Bersiap Dimusnahkan’

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)