Kondisi Gaza sudah hancur akibat serangan Israel. Foto: EFE-EPA
Medcom • 5 September 2024 01:22
Ankara: Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki mengungkapkan bahwa Amerika Serikat (AS) telah menyesatkan publik dengan mengklaim bahwa negosiasi gencatan senjata di Gaza telah berjalan positif, merujuk pada pernyataan pejabat Hamas.
Meskipun AS memiliki kepentingan untuk mencapai kesepakatan guna mengakhiri perang Israel di Gaza, terutama menjelang pemilihan umum yang akan datang, Washington tidak memberikan tekanan nyata kepada Israel.
“AS telah memberi tahu Hamas bahwa mereka akan melanjutkan pembicaraan selama dua minggu lagi dan akan menghentikannya jika tidak ada resolusi,” kata Juru Bicara Kemenlu Turki, seperti dikutip Anadolu, Kamis 5 September 2024.
Sikap ini, menurutnya sangat berbahaya karena berarti negosiasi dapat kembali ke titik awal.
Meski AS berusaha menggambarkan pembicaraan ini dengan optimis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terus membuat tuntutan baru dalam setiap putaran negosiasi gencatan senjata.
Pembicara saat ini berfokus pada status Koridor Philadelphia, zona penyangga di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, serta perlintasan perbatasan Rafah dan pertukaran tawanan Israel dengan tahanan Palestina.
Netanyahu menolak meninggalkan Koridor Philadelphia dan menerapkan syariat baru terkait perlintasan Rafah. Hamas mengeluh bahwa Israel selalu memulai kembali negosiasi dengan tuntutan baru dan menolak untuk bernegosiasi dalam kerangka kerja yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden pada 2 Juli lalu dan disetujui oleh Dewan keamanan PBB.
Meski tekanan domestik meningkat pada Netanyahu, setelah banyak sandera Israel ditawan selama serangan tersebut yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober ditemukan tewas di Gaza, ia tetap bersikeras tidak akan menarik diri dari zona penyangga tersebut.
Ribuan warga Israel telah melakukan protes dalam beberapa hari terakhir menuntut Netanyahu untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas guna membahas para sandera.
Namun, sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pada hari Minggu menunjukkan bahwa mayoritas warga Israel percaya bahwa pemerintah mereka tidak boleh menarik diri dari Koridor Philadelphia demi kesepakatan pembebasan sandera.
Pada hari Senin, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa Netanyahu tidak cukup untuk berupaya mencapai kesepakatan dengan Hamas.
Sementara itu, bulan lalu Middle East Eye menyatakan bahwa Mesir telah mencapai kesepakatan dengan Israel yang memungkinkan penempatan pasukan Israel atau penghalang keamanan berteknologi tinggi di sepanjang Koridor Philadelphia meskipun hal ini bertentangan dengan perjanjian damai 1979 antara kedua negara. (Nithania Septianingsih)