Prajurit Hamas yang melawan pendudukan Israel. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 24 October 2024 19:05
Ramallah: Tentara Israel menuduh enam jurnalis Al Jazeera, yang tengah meliput perang di Gaza, sebagai pejuang bayaran saat ini atau sebelumnya untuk kelompok militan Palestina.
Tuduhan ini didasarkan pada dokumen yang ditemukan di Gaza serta intelijen lainnya, dengan Israel menyatakan bahwa empat jurnalis memiliki afiliasi dengan Hamas dan dua lainnya dengan Jihad Islam Palestina.
Jurnalis yang dituduh adalah Anas al-Sharif, Hossam Shabat, Ismael Abu Omar, dan Talal Arrouki, yang disebut berafiliasi dengan Hamas. Sementara Ashraf Saraj dan Alaa Salameh dituduh memiliki hubungan dengan Jihad Islam Palestina. Mereka dituduh memainkan berbagai peran, termasuk sebagai penembak jitu, prajurit infanteri, dan koordinator pelatihan.
Al Jazeera dengan tegas menolak tuduhan tersebut, menyebutnya sebagai “rekayasa” dan bagian dari pola permusuhan yang lebih luas terhadap jaringannya.
“Langkah ini sebagai upaya untuk membungkam liputan mereka tentang realitas perang di Gaza,” ungkap pihak Al Jazeera, seperti dikutip Channel News Asia, Kamis 24 Oktober 2024.
Jaringan yang berbasis di Qatar ini juga menuding tuduhan Israel sebagai bentuk penghalang terhadap jurnalis yang berupaya menyampaikan informasi ke dunia internasional.
Komite Perlindungan Jurnalis turut mengkritik Israel, menyoroti bahwa tuduhan serupa telah sering kali dibuat tanpa bukti yang kredibel. Mereka menyoroti insiden sebelumnya di mana Israel mengeluarkan dokumen yang dianggap penuh dengan informasi kontradiktif, termasuk tuduhan terhadap jurnalis Ismail Al Ghoul, yang disebut menerima pangkat militer Hamas pada usia 10 tahun.
Sejak perang dimulai, Israel menuduh beberapa jurnalis yang tewas dalam serangannya terlibat dengan kelompok militan, meskipun Al Jazeera secara konsisten membantah tuduhan tersebut. Dalam konflik yang berlangsung selama setahun terakhir, lebih dari 42.000 warga Palestina dilaporkan tewas di Gaza, dan ketegangan antara Al Jazeera dan Israel terus meningkat.
Tindakan Israel terhadap media semakin terlihat setelah mereka menutup operasi Al Jazeera di Israel dan menggerebek kantor jaringan tersebut di Ramallah, Tepi Barat, empat bulan kemudian. Meski menghadapi tekanan, Al Jazeera tetap menjadi salah satu dari sedikit organisasi berita yang menyiarkan langsung dari wilayah Gaza yang terkepung.
Sementara itu, Komite Perlindungan Jurnalis melaporkan bahwa lebih dari 128 jurnalis tewas sejak Oktober lalu di Gaza, Tepi Barat, Israel, dan Lebanon. Di antara mereka, sebagian besar adalah warga Palestina. (Angel Rinella)