Smelter nikel. Foto: MI.
Jakarta: Indonesia akan meluncurkan sistem pelacakan online pada minggu depan untuk pengiriman nikel dan timah guna meningkatkan pendapatan pemerintah dan memperbaiki tata kelola pertambangan.
Sistem pelacakan yang dikenal sebagai Sistem Informasi Mineral dan Batubara (Simbara), pertama kali diterapkan sektor batu bara pada 2022 dan Indonesia berencana untuk memperluas penerapannya ke mineral lain yang dihasilkannya.
Dengan menggunakan Simbara, pemerintah dapat melacak nikel dan timah dari tambang hingga smelter dalam negeri. Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia dan salah satu produsen timah terbesar di dunia.
"Perusahaan peleburan harus mendaftarkan dari mana mereka membeli nikel dan di mana tambangnya berada," ujar Wakil Menteri Koordinator Bidang Kelautan dan Investasi Septian Hario Seto, dilansir
Channel News Asia, Jumat, 19 Juli 2024.
Pabrik peleburan tidak diperkenankan membongkar kiriman bijih dari tambang yang belum membayar royalti. Sistem ini berhasil meningkatkan pendapatan pemerintah di sektor batu bara. Pemerintah pun berharap adanya peningkatan serupa di sektor nikel dan timah.
"Sistem Simbara juga akan terhubung dengan pencatatan kuota pertambangan digital milik pemerintah yang dikenal dengan Rencana Kegiatan Anggaran Biaya (RKAB). Hal ini memungkinkan para penambang untuk melacak berapa banyak kuota produksi yang tersisa untuk periode tersebut dan memperingatkan pihak berwenang jika ada perbedaan dalam data output dan penjualan," tambah dia.
Seorang pejabat senior mengatakan Jakarta akan menerapkan sistem tersebut pada mineral lain seperti bauksit dan tembaga, namun waktunya akan ditentukan kemudian, setelah sistem pelacakan nikel dan timah berjalan lancar.